
Novel Karya Penulis Indonesia, Jesse Q. Sutanto Dilirik Netflix. (Dok. VOA)
Malang – Satu lagi karya anak bangsa yang mendunia. Adalah novel berjudul ‘Dial A for Aunties’, akan diadaptasi menjadi film oleh rumah produksi sekaligus penyedia layanan streaming, Netflix. Padahal Novel karya Penulis Indonesia, Jesse Q. Sutanto ini, baru akan terbit tahun depan.
Lebih membangggakan lagi, novel ini ternyata juga dilirik rumah produksi lain di Amerika. Setidaknya empat rumah produksi yang melakukan pendekatan kepada Jesse. Namun, setelah melalui pelelangan, ia menjatuhkan pilihan pada Netflix, yang ia anggap “platform yang tepat untuk kisah ini.”
Lalu bagaimana perjalanan karir Jesse sebagai penulis di Amerika Serikat, hingga karyanya dilirik Netflix ? berikut adalah ulasan wawancara Jesse Q. Sutanto dengan Tim VOA.

Sulitnya ‘Menjual’ Kisah Indonesia di Hollywood
Jesse Q. Sutanto adalah nama baru dalam dunia penulisan di Indonesia. Peraih gelar master dalam bidang penulisan kreatif dari Universitas Oxford pada tahun 2009 itu sudah menulis beberapa novel, yang seluruhnya berbahasa Inggris.
Namun, baru setelah menyelesaikan novel ke-delapan ia memperoleh kesepakatan dengan penerbit Amerika untuk mempublikasikan salah satu novelnya, The Obsession, yang akan terbit Februari 2021. Dial A for Aunties sendiri baru akan terbit April mendatang melalui penerbit berbeda.
“Saya sudah mencoba selama kurang lebih 10 tahun. Dial A for Aunties adalah buku saya yang ke-sembilan. Butuh waktu lama sampai akhirnya ada yang mau menerbitkan buku saya. Dan sekalinya buku saya terjual, rasanya jadi semakin mudah untuk menjual buku-buku lainnya,” ungkap Jesse.
“Dial A for Aunties” bercerita tentang sosok Meddelin Chan, perempuan Indonesia keturunan China, yang tanpa sengaja membunuh kencan butanya. Sang ibu dan para tantenya yang suka ikut campur lantas membantunya melenyapkan mayat pria itu di tengah pesta pernikahan mewah khas Indonesia yang dihadiri ribuan tamu undangan di sebuah pulau di dekat California, AS. Pada saat bersamaan, Meddelin juga dibuat galau ketika mantan kekasihnya muncul kembali di tengah kekacauan itu.
“Ceritanya seperti Crazy Rich Asians dipertemukan dengan Weekend at Bernie’s,” ujar Jesse.
Ide itu bermula tak jauh dari kehidupan keluarga besarnya di Jakarta yang ia akui sangatlah dekat.
“Kami selalu mengobrol, kami punya grup WhatsApp, kami kerap berdebat dan bertengkar, tapi pada dasarnya kami saling menyayangi dan sangat peduli dengan satu sama lain, dan bila salah satu di antara kami sedang kesusahan, yang lain pasti akan datang membantu, seperti halnya cerita dalam buku saya,” jelasnya.
Akan tetapi, bukan perkara mudah untuk menjual kisah berlatar Indonesia kepada penerbit asing. Ketidaktahuan mereka akan Indonesia seringkali menjadi rintangan yang harus dihadapi Jesse.
“Salah satu buku saya, buku ke-tujuh, berlatar di Indonesia. Mantan agen saya mengirimkannya ke penerbit, lalu mereka mengatakan, ‘Bolehkah kamu mengubah latarnya menjadi Amerika? Karena ini agak terlalu asing,’” ungkap Jesse, yang mengaku sakit hati saat mendengar itu, “Saya rasa bagi kita, khususnya orang Asia Tenggara, kita perlu sangat bersabar dan bekerja lebih keras dari pada yang lainnya, bahkan hanya demi mempertahankan identitas kita sendiri.”
Jesse tidak menyerah. Selain Dial A for Aunties dan The Obsession, setidaknya empat buku lain karyanya sudah antre untuk diterbitkan dalam tiga tahun ke depan: satu buku bergenre dewasa muda (Young Adult), sekuel kisah Dial A for Aunties, novel berjudul Theo Tan and the Fox Spirit serta sekuel dari Theo Tan.
“Saya sebetulnya baru saja menyelesaikan satu buku baru yang kali ini latarnya benar-benar di Indonesia – di Jakarta dan Bali, saya senang sekali. Saya baru mengirimkannya ke agen saya, moga-moga ia cukup senang untuk mau mengirimkannya ke penerbit,” ujarnya.
Adaptasi Dial A for Aunties dan Artinya Bagi Perfilman Indonesia
Jesse duduk sebagai produser eksekutif dalam proyek adaptasi film dari novelnya, sementara sutradara serial TV Fresh Off the Boat dan film Always Be My Maybe, Nahnatchka Khan, akan mengarahkan filmnya.
Jesse mengaku tidak menulis skenario Dial A for Aunties.
“Saya tidak tahu cara menulis skenario film, tapi saya sudah mengobrol dengan penulisnya, dan ia pun meminta saya mengiriminya daftar kata dan istilah dalam bahasa Indonesia yang biasa kita ucapkan, seperti ‘Aduh…’ atau ketika makan, orang akan bilang ‘Ayo makan, makan…’” ungkapnya.
Saat ditanya apakah wajah aktor dan aktris Indonesia akan muncul dalam filmnya, Jesse mengatakan, “Oh Tuhan, semoga ya. Sebenarnya, ketika The Hollywood Reporter pertama kali memberitakan soal adaptasi Netflix, saya dihubungi cukup banyak sineas Indonesia, para aktor, pekerja set… Saya bilang bahwa saya tidak punya wewenang untuk melakukan casting, tapi saya pasti akan menyampaikannya ke agen film saya, karena saya ingin lebih banyak orang Indonesia terlibat dalam film ini.”
Jesse merasa ini saat yang tepat bagi sineas Indonesia tampil di muka dunia, karena “kita punya banyak sekali insan kreatif yang seringkali diabaikan”.(voa/anw).