Malang – Tak banyak mantan pesepakbola, yang mampu tetap berkibar kehidupan ekonominya selepas gantung sepatu. Salah satunya adalah Muhammad Anshori. Lebih dikenal dengan nama Yoyok Sugeng. Mantan defender serba bisa, yang pernah membela Niac Mitra (1989-1991), Assyabaab Salim Group (1989-1991), Perkesa Mataram Jogja (1991-1993), Arema Malang (1994) dan PSIM Yogyakarta (1995-1998).
Kiprahnya di dunia bisnis saat ini, relatif dikenal di kalangan klub dan sektor dunia olahraga lainya di Tanah Air. Dari rumput hijau ke rumput hijau, pria kelahiran Jombang yang lama berdomisili di Lawang, menyebut filosofi hidupnya. Karir dan rezeki, seluruhnya dijalani dan didapatkan dari rumput hijau alias sepak bola. Baik saat masih aktif bermain (1982-1998) maupun wirausahanya hingga saat ini.
‘’Alhamdulillah hingga saat ini rezeki saya tidak jauh dari rumput hijau. Masih berurusan dengan sepak bola. Meski dulu hanya ada gaji sebagai pemain yang tak seberapa. Jangan bandingkan gaji pemain dulu dengan sekarang. Ibarat langit dan bumi. Saya mencoba berwiraswasta juga karena awalnya kepepet tahun 1998, belum ada niat pensiun,’’ tutur Yoyok Sugeng.
Awalnya ketika Ligina 1997/1998 dihentikan. Termasuk PSIM, klub yang dibela ketika itu. Pemain belum gajian tiga bulan. Satu-persatu pemain pulang, tinggal Yoyok sendiri di mess pemain.
‘’Mau pulang ke Malang uang pas-pasan. Jadi terpaksa tetap di mess setelah kompetisi berhenti. Sementara gaji tiga bulan belum juga cair. Ya makan seadanya mie instan, campur nasi setiap pagi, siang dan malam,’’ imbuhnya.
Tak dinyana, di tengah kegalauan tidak mempunyai pekerjaan dan gaji yang tak kunjung turun, Yoyok bertemu dengan penjual peralatan olahraga. Mulai bola, sepatu dan kaos dari Bandung, yang mampir ke mess pemain PSIM. Berawal dari sebatas membantu menjualkan di seputaran Yogyakarta, dia justru diserahi tugas memasarkan, sekaligus membawa semua produk peralatan olahraga.
‘’Saat itu saya lagi bengong saja di mess PSIM. Sampai datang orang yang menjual peralatan olah raga asal Bandung. Dia malah ajak saya membantu menjualkan di Yogyakarta saja. Belum ada seminggu, ternyata kok saya malah diajak untuk menjadi mitra bisnis. Orang itu memberi kepercayaan saya, membawa semua peralatan olahraganya untuk dipasarkan di Yogyakarta dan dia pulang ke Bandung.’’
‘’Saya tanpa modal. Aset barang dagangan dari dia mungkin ada Rp 50 jutaan. Sejak itu saya tekad bulat gantung sepatu dan memulai bisnis peralatan olahraga. Dengan tanpa ada modal alias nol rupiah. Hanya modal kepercayaan orang itu,’’ tandas Yoyok yang kini berdominsili di Gang Madrasah, Kauman, Lawang, Kabupaten Malang.
Akhir tahun 1998, Yoyok pulang ke Malang dan mulai mengembangkan bisnis konveksi peralatan olah raga, dari home industry kecil-kecilan. Hanya setahun, dia bisa mengembalikan modal Rp 50 juta ke orang Bandung yang memberinya kepercayaan berbisnis.
Kini 22 tahun setelah menekuni bisnis peralatan olahraga, Yoyok bersama sang istri, Jamillah, memiliki dua outlet distro di Yogyakarta dan Malang. Serta home industry di Kauman, Lawang, Kabupaten Malang.
Saat ini, produk bisnis konveksinya seperti sepatu olahraga, bola untuk sepak bola dan futsal, jersey, jaket, tas sport dan lain-lainnya, merambah pasar nasional. Mulai dari Papua, Kalimantan, Sulawesi, Bali hingga Sumatera. Konveksinya dengan enam karyawan, setiap bulan bisa berpenghasilan bersih Rp 25 juta.
Namun dia tak puas dengan satu bidang bisnis saja, sejak tahun 2009 mulai merambah bisnis penggarapan rumput lapangan sepak bola. Sederet lapangan sepak bola di Tanah Air, merupakan hasil garapannya.
Mulai dari pengolahan tanah lapangan, penanaman bibit rumput, penumbuhan, perawatan hingga pembentukan rumut siap digunakan bermain. Tak heran secara informal, karena tak belajar atau mendalami secara formal pendidikan, dia mendapat julukan ‘Doktor Rumput’.
Terbaru tahun 2020, adalah menggarap proyek lapangan milik Safin Pati Football Academy (SPFA) di Mojoagung, Trangkil, Kabupaten Pati. Kemudian Lapangan PSSN (Pusat Studi Sepakbola Nusantara) di Pengasinan, Sawangan, Kota Depok yang biasa disebut Liverpool Academy dan Lapangan Bosowa Sport Centre (BSC). Makassar.
Termasuk lapangan milik SSB Villa 2000 Jakarta, Lapangan Pocari Sweet di Pasuruan, Lapangan Akademi Arema, Lapangan Universitas Negeri Malang (UM), Stadion Marora Serui (Papua) dan Lapangan ASIFA Malang. Juga Stadion Marilonga Ende (NTT), Stadion Merangen Jambi, Stadion Kampar Bangkinang Riau, Stadion Pare Pare Sulsel dan Stadion Pogar Pasuruan serta beberapa tempat di Kalimantan.
‘’Soal rumput saya belajar otodidak. Dari buku atau youtube. Serta berguru ke seorang professor pakar rumput Prof Achsan (Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsan, MS guru besar IPB Bogor, Red.), konsultan rumput berbagai stadion di Indonesia. Kebetulan semua jenis bibit rumput saya punya. Tidak harus latah impor dari luar negeri. Mulai dari jenis rumput Manila atau Zoysia Matrella, Bermuda atau Cynodon Dactylon, dan Axonopus Compressus. Itu jenis rumput kelas dunia, dan semua bibitnya saya dapatkan justru dari Wajak di pelosok Kabupaten Malang,’’ imbuhnya.
Tapi jika pemesan ingin rumput produk impor, Yoyok juga melayani. Seperti jenis rumput Bermuda grass, zoyciagrass, dan carpetgrass. Untuk bisnis rumput lapangan semua pengerjaannya dilakukan karyawan freelance-nya, dan dia kini lebih banyak berperan sebagai konsultan sekaligus memantau proses finishing.
Dia menyebut, untuk setiap kontrak penggarapan rumput lapangan, dari proses penyuburan tanah, penanaman dan penyemaian bibit rumput, hingga tumbuh dan perawatan, sangat disesuaikan jenis rumput, ketebalan lapisan drainase dan luas lapangannya. Kisarannya termurah Rp 700 juta dan termahal Rp 2 miliar.
‘’Jadi tugas saya menyediakan bibit rumput. Menanam bibit atau memasang bibit hingga perawatan sampai rumput siap pakai. Proses itu butuh waktu lima bulan. Alhamdulillah, biasanya saya bisa mendapat hasil bersih 20 persen dari nilai total kontrak. Ya lumayan lah. Untuk mengembangkan sepak bola itu, tidak harus jadi pelatih. Dengan mendorong orang mempunyai lapangan yang bagus, juga bisa. Karena infrastruktur itu kunci untuk mengembangkan sepak bola,’’ ungkap Yoyok yang juga owner SSB Lawang itu. (act/rdt)
Biodata
Nama : Mochammad Anshori
Nama familiar : Yoyok Sugeng
Lahir : Jombang 22 November 1965
Alamat : Jalan Madrasah, Kauman, Lawang, Kab Malang
Karir klub :
1995-1998 PSIM Yogyakarta
1994 Arema Malang
1991-1993 Perkesa Mataram Yoyakarta
1989-1991 Assyabaab Salim Group
1989-1991 Niac Mitra
Karir pelatih :
2014-2015 Akademi Arema
1999-sekarang SSB Lawang (owner