Malang – Membangun kampung wisata. Harus punya ciri khas dan keunikan tersendiri. Sehingga mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Kampung Budaya Polowijen (KBP) punya alasan. Kenapa harus bambu. Karena di Polowijen ada peninggalan benda bersejarah. Watu Kenong. Ini, Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
Watu Kenong diduga sebagai umpak rumah bambu jaman dulu. Sehingga, sederetan rumah warga di KBP disulap. Menjadi rumah beratap bambu. Di depannya banyak gazebo bambu. Selain hiasan topeng. Juga hiasan ornamen bambu digantung di rumah dan gazebo.
Rombongan 40 perajin. Dari sentra Kerajinan Anyaman Bambu Desa Sukolilo Kecamatan Sukodadi Lamongan. Studi banding pemanfaatan bambu di KBP dan sentra kerajinan bambu, Sabtu (21/11) sore.
Kepala Desa Sukolilo, Lasmiran menyampaikan: “Kami ingin membuat desa wisata seperti di kampung budaya ini. Saya terkejut. Semua produk dari desa kami dibuat ornament di sini. Kami akan meningkatkan sentra kerjinan anyaman bambu di desa kami. Menjadi sentra edukasi seperti di kampung ini.”
Rombongan disuguhi Tari Topeng Malangan. Bahkan rombongan diiajak menari bersama. Makanan minuman tradisional serta jajanan polo pendem. Menjadi kudapan pengunjung. Sambil menikmati sore hari dengan santai.
Tamu juga diajak praktek melukis bersama di media caping. Ini sengaja mereka bawa sebagai cinderamata buat KBP.
Ide tentang desa wisata bambu, sebenarnya sudah lama bergulir. Konsepnya dipakai di desa wisata lain.
Asan Sutanto, Ketua Sentra Kerajinan Bambu mengatakan: Pihaknya tidak menyangka. Di Kampung Budaya Polowijen ini, pemanfaatan kerajinan bambu Sukolilo sangat maksimal.
“Mulai eksterior rumah sampai interior. Kami belajar betul dari kampung ini. Tinggal mereplikasi,” ungkap Asan, mentor Asosiasi Perajin Bambu Jawa Timur.
Pada kesempatan itu, Anang Rudi Hermanto. Perupa dari KBP memberikan contoh pemanfaatan kerajinan bambu. Bukan hanya untuk kebutuhan sehari hari.
“Kerajinan bambu di KBP ini, dijadikan media. Untuk seni rupa. Untuk keperluan fashion show. Bahkan untuk pengembangan alat musik. Kedepan, kerajinan bambu akan dikembangkan untuk media terapi dan seni,” ujar Anang. (riz/jan)