Batu – Penatnya hiruk piku perkotaan. Apalagi sudah lama tak liburan, karena distop pandemi. Kini, destinasi wisata alam di Kota Batu makin kencang pengunjungnya. Terutama dari kawasan perkotaan yang hawanya jauh dari kata segar.
Udara segar, gesekan daun dan suara gemercik air kawasan wisata alam. Sangat cocok untuk melepas penat bisingnya perkotaan. Salah satu wisata alam di Kota Batu yang cocok untuk dikunjungi adalah Coban Talun, Bumiaji, Kota Batu.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh pengunjung Coba Talun asal Surabaya, Fitria Rahmawati. Ia mengatakan jika lebih senang berlibur di wisata alam dari pada wisata buatan. Hal tersebut dikarenakan di Kota Asalnya tak ada wisata alam yang dapat dinikmati.
“Untuk Coban Talun sendiri tempatnya sangat indah. Sesuai dengan ekspektasi saya ketika melihat di media sosial. Rasa lelah akibat perjalan jauh. Terbayar lunas. Setelah melihat kecantikan Coba Talun,” ujarnya.
Namun, ia menyayangkan. Masih terdapat sampah yang dibuang sembarangan di Coba Talun. Terutama di sungai setelah air terjun banyak sekali sampah yang nampak.
Sementara itu Ketua Koordinator Pengelola Coban Talun, Samsul Hadi menyampaikan, setelah di buka dari 18 Juni lalu. Pengunjung wisata Coban Talun sudah mulai nampak terlihat ramai. Bahkan saat akhir pekan, jumlah pengunjungnya busa mencapai 1300 orang.
“Saat ini pengunjung Coban Talun sudah mendekati normal. Seperi sebelum pandemi. Tingkat kunjungan sudah menginjak angka 60 persen hingga 70 persen. Dari kapasitas normal pengunjung Coban Talun sebanyak 5000 orang,” jelasnya.
Dikatakan Samsul, jumlah pengunjung saat sebelum pandemi lalu bisa mencapai 2000 kunjungan pada setiap akhir pekan. Kemungkinan Cobab Talun telah menjadi tambatan hati bagi pecinta wisata alam.
“Padahal kami tak pernah gembar-gembor mempromosikan Coban Talun setelah dibuka kembali. Namun wisatawan datang-datang sendiri. Semakin kesini makin mendekati kata maksimal,” ungkapnya
Di Coban Talun sendiri, para pengunjung bisa menikmati berbagai wahana wisata alam yang tersedia di dalamnya. Seperti air terjun, pagupon, kampung apache, kebun bunga, serta warung oyot.
“Biasanya hampir 60 persen dari jumlah pengunjung mampir ke air terjun. Sisanya ke wahana-wahan lain,” katanya.
Dengan banyaknya jumlah pengunjung itu. Pihak Coban Talun mengakui jumlah omset yang didapat lumayan besar. “Mungkin dalam satu bulan kami bisa mendapatkan omset Rp 60 juta hingga Rp 70 juta. Pendapatan itu bisa diraih karena perawatan Coban Talun. Menjadi hal utama yang dilakukan dari pengelola,” jelasnya.
Samsul mengaku bahwa selama tutup selam 4 bulan karena pandemi pihaknya tetap melakukan perawatan berkala. Malah ada yang dibenahi dan dilebih baguskan.
“Meski sempat tutup selama empat bulan karena pandemi. Kami tetap merawat Coban Talun agar tetap menawan. Biaya perawatan dari investor yang mana adalah masyarakat. Mereka rela tekor untuk merawat Coban Talun,” ujarnya. (ant/jan)