Malang – REL trem Malang Stoomtram Matschappij di Kajoetangan, akan jadi next project. Rel kolonial itu menyembul di tengah pengelupasan pengerjaan jalan proyek Kajoetangan Heritage. Dalam tiga hari ini, tergali sepanjang 250 meter, dari perempatan Rajabally sampai depan PLN. Seperti rel pada umumnya, lebar 1,09 meter. Bantalannya utuh. Begitupun ujudnya. Sebagian korosi. Berada di sepertiga lebar jalan eksisting, sisi timur.
Dibangun 1903. Dari Stasiun Jagalan ke Stasiun Blimbing. Berhenti beroperasi 1930. Tahun 1980-an ditutup aspal. Kini ramai jadi perbincangan. Walikota Malang Sutiaji bersama Wawali Sofyan Edi, yang sering berada di lokasi, mendapat banyak masukan; jangan dibongkar. Lalu; tutup, tapi diberi perawatan khusus. Ada yang minta diangkat dan diatur untuk wisata. Atau diberi kaca. Atau; lestarikan apa adanya. Kelak dihidupkan. Bahkan; kembalikan karena rel itu melengkapi heritage.
Pandangan Sutiaji; tidak dibongkar hingga ada pembahasan lebih lanjut. Rasanya, itulah kebijakan yang akan dibuat. Sebab, soal rel dan kemungkinan pemanfaatannya, tidak masuk dalam proyek yang sedang dikerjakan ini. Akan jadi next project. “Perlu ditandai demikian rupa yang artistik, fungsi yang sedang dikehendaki proyek, terwujud. Tapi kelak, rel itu gampang dihadirkan bersama proyek khusus penguatan heritage,” komentar Imawan Mashuri, Ketua Malang Raya Heritage, yang tahun 2019 membidani deklarasi Kajoetangan sebagai Ibukota Malang Raya Heritage oleh Sutiaji dan Walikota Batu Dewanti Rumpoko.
Ir Alif Riwidya, Lead City Level TMC Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)–pelaksana proyek– sudah koordinasi dengan PT KAI. Rel tetap harus dikembalikan ke posisi semula. Posisi, elevasi, termasuk koordinat, tak boleh diganggu. Pemanfaatannya, kelak, sesuai aturan; harus dibuat proyek tersendiri. Apalagi proyek yang ada sekarang ini, harus rampung bulan depan.(nyk/roz/ekn).
>>>>Selengkapanya Di Harian DIs Way Malang Post Edisi Jumat (13/11