Malang – Saat ini, masyarakat Indonesia dinilai sedang euforia. Rencananya pada akhir tahun nanti, vaksin Covid-19 akan segera diluncurkan pemerintah, untuk mengatasi virus mematikan ini. Namun sesungguhnya, perjalanan vaksin tersebut masih sangat panjang.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 Malang Raya, dr Syifa Mustika menyebut, vaksin yang dijanjikan akan keluar pada akhir tahun mendatang, baru memasuki tahap ketiga. Yakni pada fase uji coba.
Menurut dia, akan menjadi riskan jika masyarakat Indonesia, justru bergantung pada vaksin yang akan diluncurkan oleh pemerintah. Padahal dr Syifa menegaskan, hal terpenting dalam menghadapi virus ini adalah pencegahannya.
‘’Maka vaksin yang paling mujarab menurut saya adalah, dengan berdisiplin menjalankan protokol kesehatan. Seperti pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak,’’ katanya, seperti dilansir lahan NU Online, Rabu (12/11).
Dikatakan, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, ditambah dengan menghindari kerumunan sudah ada risetnya. Hal itu jika terus-menerus dilakukan, dapat mencegah penularan Covid-19 di atas 90 persen.
‘’Jadi hanya cukup seperti itu, bisa mencegah virus. Itu kan sebenarnya yang paling aman,’’ ungkap Dosen di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kota Malang ini.
‘’Cuma masalahnya, yang menjadi tantangan kita saat ini adalah untuk membiasakan itu. Mengubah (protokol kesehatan) itu menjadi habit (kebiasaan) di masyarakat. Itulah tantangan kita ke depan,’’ imbuh dr Syifa.
Ia menuturkan, cara terbaik untuk membuat masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan, adalah dengan saling bersinergi satu sama lain. Diakui dr Syifa, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya, tidak bisa melakukan berbagai edukasi sendiri. Perlu dan butuh sinergi juga dari pemerintah setempat.
‘’Untungnya di Malang Raya ini, kami sangat dibantu oleh para kiai, alim ulama, pengasuh pesantren. Mereka sudah mulai sejalan dengan kami, karena telah mendapat penjelasan mengenai Covid-19. Mereka paham, sehingga dapat membantu kami untuk mengedukasi masyarakat,’’ jelasnya.
Sekarang, kata dr Syifa, kunci untuk menghadapi dan mengatasi Covid-19 adalah dengan edukasi. Berbagai sanksi yang diberikan kepada masyarakat, jika kedapatan tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti yang juga sudah diberlakukan di Malang Raya, tidak cukup efektif dilakukan sebagai cara untuk mengatasi virus ini.
‘’Memang kuncinya adalah edukasi dan tidak boleh bosan,’’ ucap Konsultan Gastroenterohepatologi di RSUD dr Saiful Anwar Kota Malang ini.
Dikatakan dr Syifa, selama delapan bulan pandemi berlangsung, pihaknya selalu masif untuk terus melakukan screening ke pesantren, dengan mengadakan rapid test. Berbagai cara telah dilakukan, agar masyarakat mampu terus bertahan menghadapi Covid-19. ‘’Namun menghadapi Covid-19 ini ibarat lomba lari. Kalau dulu kita sprint, tapi kalau sekarang ini maraton. Jadi kita harus menyimpan banyak energi dan menyiapkan strategi. Pandemi ini akan masih berlangsung panjang. Jadi kita mengubah giat kita menjadi bentuk edukasi,’’ imbuhnya.
Edukasi dengan metode ceramah pun, katanya, masih dirasa kurang efektif. Oleh karena itu, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya saat ini beralih ke platform yang benar-benar bisa dengan mudah dipahami masyarakat.
‘’Makanya kita mengambil platform, seperti video edukasi. Kalau dulu kita sering adakan webinar, tapi sekarang sepertinya orang sudah mulai bosan dengan itu. Akhirnya kemarin kami berpikir untuk membuat buku dan video edukasi tentang Covid-19,’’ jelasnya.(rdt)