Malang – Urban Farming di Kota Malang, tak lepas dari dedikasi Bambang Irianto. Ia pencetus kampung urban farming di Kota Malang. Glintung Go Green, namanya. Tahun 2012, saat ia dipilih sebagai Ketua RW 23 Kelurahan Purwantoro. Itu awalnya, menjadi salah satu pembina lingkungan tingkat nasional. Tak heran, banyak masyarakat ingin mengenalnya. Harian DI’s Way Malang Post berkesempatan ngangsu kaweruh kepada sosok guru kampung tematik Indonesia itu. Berikut ini wawancaranya.
Bisa Anda ceritakan kondisi Kampung Glintung, sebelum menjadi kampung Go Green, seperti apa?
Ini berawal ketika saya tahun 2012 dipilih sebagai Ketua RW 23 Purwantoro. Dulu di RW 23 banyak sekali permasalahan sosial yang dihadapi. Mulai dari kampungnya sering banjir, angka kriminal cukup tinggi, tingkat kesehatan masyarakat lemah, warga banyak yang mempunyai hutang dan dikejar rentenir. Prestasinya cuma satu, juara lomba memandikan jenazah. Saat terpilihnya saya sebagai Ketua RW, kondisi dana yang dikelola juga kosong. Akhirnya, saya membangun konsep dan strategi untuk membangun Kampung Glintung. Pertama, ya dari mindset masyarakatnya. Perlu saya ubah. Saya juga harus menjadi pemimpin yang memiliki jiwa strong leader. Lah wong menghadapi kampung yang seperti itu. Kalau pemimpinnya tidak strong pasti tidak akan jadi kampung yang maju seperti sekarang. Bahkan penghargaan inovasi-inovasi pun dapat diraih dengan 3G Glintung Go Green.
Bagaimana Anda mengedukasi masyarakat tentang konsep Go Green?
Saya tidak bisa menjelaskan detail tentang teori dan konsep Go Green ke warga. Ttapi warga saya ajak praktek langsung. Saat praktek itulah, saya jelaskan apa Go Green itu. Apa tujuannya dan sebagainya. Ternyata warga sudah memahami bahwa Go Green bukan hanya sekedar tanam menanam. Bukan sekedar penghijauan. Karena membangun lingkungan itu hakikatnya, adalah membangun manusia seutuhnya dengan target kesejahteraan warga. Maka membangun kampung itu, harus untuk meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, seni dan budaya sehingga dalam mengembangkan kampung harus holistic atau menyeluruh. Melihat keberhasilan konsep dan strategi saya yang saat ini menjadi 3G Glintung Go Green, dari situ mulai banyak orang berdatangan kesini. Untuk studi atau melakukan observasi urban farming yang dikembangkan. Banyak orang yang mengundang saya ke berbagai daerah untuk berbicara tentang konsep pengembangan sebuah kampung. Agar dapat meningkatkan kualitas dari masyarakat maupun lingkungan. Sekarang kampung glintung sebagai konsep, dijadikan barometer untuk nasional dalam membangun sebuah kampung.
3G Glintung Go Green,sudah meraih penghargaan apa saja?
Sekarang ini, saya menjadi manager Glintung Go Green. Bahkan saya dijadikan guru kampung tematik nasional. Selain itu, ada banyak sekali penghargaan yang diberikan. Karena pemikiran dan usaha menjadikan sebuah Kampung Glintung itu, menjadi seperti sekarang. Yah di tahun 2016 itu, saya menerima penghargaan Inovator di Guangzhou Cina pada acara Guangzhou International Award for Urban Innovation 2016. Tahun 2017, saya menjadi Ikon Prestasi Indonesia dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila dan juga menjadi Pembina Lingkungan Provinsi Jawa Timur di DLH Provinsi Jawa Timur di tahun yang sama. Tahun 2018, Trophy Proklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Juga menerima Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan dari Presiden Republik Indonesia. Yah sekarang saya sering diundang untuk menjadi narasumber ahli oleh berbagai instansi mulai dari universitas, pemerintah kota/kabupaten di seluruh tanah air. Saya menjadi pembicara itu mulai dari tahun 2016 hingga sampai sekarang
Melihat Kampung Glintung menjadi salah satu nominasi dari Kampung Bersinar, pandangan Anda seperti apa?
Lomba kampung bersinar itu, hanya salah satu indikator dari aspek lingkungan. Aspek pendidikan dan kesehatan belum. Maka lomba hanya sebagai penyemangat.
Glintung Go Green, konsep menarik Kota Malang. Untuk mempertahankan bahkan mengembangkan dari konsep awal, apa yang Anda lakukan?
Sebuah program itu, bisa berkelanjutan. Kalau bisa memasuki pada tahap green bisnis. Tahap komersialisasi. Tahap green bisnis komersialisasi itu bukan untuk kepentingan pribadi atau hanya kepentingan Ketua RW. Green bisnis ini artinya adalah meningkatnya kesejahteraan warga. Kalau kampungnya bagus, inovasi pun akan muncul. Terus ada orang yang akan datang, dan warga dapat jualan. Apalagi kalau umkm-umkm itu bisa hidup. Maka akan ada income yang diterima, atau warga juga ada yang diundang keluar untuk jadi narasumber tentang inovasinya atau dapat menjual produk-produknya. Lah ini yang dimaksud ada income. Karena ada income itu, maka dia sebagai warga akan cenderung untuk melanjutkan membangun kampung. Itulah yang disebut dengan SDG’s atau Sustainable Development Goals. Melihat aspek regenerasi itu mutlak mas. Kader lingkungan cilik pun harus disiapkan. Tetap bagaimana pun aspek regenerasi harus dijalankan. Itu persiapan kita untuk melanjutkan kampung go green ini.
Dalam mengembangkan Kampung Glintung Go Green ini, pasti akan diteruskan generasi muda. Untuk mengedukasi generasi muda, apa yang Anda lakukan?
Secara garis besar, tahapan membangun kampung itu pertama asal tanam. Kedua meningkatkan mutu tanaman budidayanya seperti apa. Ketiga estetika tanam. Biasanya anak-anak muda pada tahap asal tanam, kerja bakti, merawat lingkungan itu sering kali tidak tertarik. Nah pada tahap peningkatan mutu tanaman dan pembuatan estetika serta seni desainnya mulai muncul kepedulian. Apalagi dalam pengembangan kampung muncul dalam aspek publikasi. Anak-anak yang mengusai teknologi informasi mulai berkontribusi. Sinerginya disini. Apalagi publikasi sudah menjadi kebutuhan. Sudah diperlukan anak muda yang mampu mengeksplore dunia maya dan media sosial menurut kapasitas dan kemampuan mereka. (nyk/jan)