Batu – Kasus stunting, harus diatasi sedini mungkin. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Batu, melakukan terobosan. Berupa bimbingan dan pembekalan kepada calon pengantin.
Berdasarkan data tahun 2019, angka stunting di Kota Batu sebesar 28,3 persen. Masih tergolong tinggi. Maka, untuk menurunkannya calon pengantin disarankan melakukan bimbingan konseling. Pembekalan lebih dulu, sebelum menikah. Pembekalan dan bimbingan itu, melalui Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). Inisiasi dari Kementrian PPPA.
Kepala DP3APPKB Kota Batu, MD Forkan mengatakan: Saat ini Puspaga Kota Batu bekerjasama dengan Kementrian Agama. Tujuannya, memberikan bimbingan konseling kepada calon pengantin.
“Sudah berjalan. MoU masih proses. Alhamdulillah, Pemkot Batu memberikan layanan gratis. Beda dengan kota-kota besar lain. Satu jamnya Rp 750 ribu,” ungkap Forkan. Masyarakat Kota Batu bisa mendapat layanan ini, di lantai II Balai Kota Among Tani. “Dari seluruh Kab/Kota se-Indonesia. Hanya 78 Kab/Kota saja yang memiliki Puspaga. Termasuk Kota Batu sudah ada sejak 2018,” katanya.
Kota Batu masuk gelombang kedua pembentukan Puspaga. Gelombang I, 24 Kab/Kota. Kota Batu masuk gelombang II. Bertambah lagi 24 Kab/Kota, menjadi 48 Kab/Kota. “Melalui Puspaga, calon pengantin diberikan pemahaman. Bagaimana memberikan makanan bergizi cukup, pengasuhan yang baik serta harmoni keluarga yang sempurna,” paparnya.
Stunting, berkaitan dengan pola hidup dan gizi. Jika tak ada sayur, makanan bervitamin serta tak ada harmoni keluarga, sangat mempengaruhi kondisi janin. Bisa berakibat stunting. “Berbeda dengan jaman dulu. Meski gizinya kurang, tapi harmoni dalam keluarga sangat erat. Sehingga meski makan tahu tempe, orangnya cerdas-cerdas,” katanya. Melalui program ini, diharapkan kedepannya anak-anak Kota Batu menjadi cerdas dan berakhlak mulia. (ant/jan)