Jakarta – Kasus Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data terakhir Kamis (24/9), kasus positif menembus 262.000 kasus. Sedangkan jumlah kematian pasien Covid-19 menjadi 10.105 orang.
Jumlah tersebut bukan sekadar angka, melainkan kenyataan yang harus dicermati dan perbaiki bersama.
Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut angka kematian pasien Covid-19 dari Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN.
“Kemudian di Asia pun, ( kematian Covid-19) kita pun masuk dalam tiga besar,” kata Dicky dikutip dari Kompas.com, Jumat (25/9).
Menurutnya, tingginya angka kematian menjadi indikator valid untuk menilai performa program pengendalian suatu negara atau wilayah. Apabila angka kematian di suatu daerah tinggi, maka daerah tersebut tertinggal atau kecepatannya di belakang penyebaran virus
“Kita enggak bisa mengabaikan yang namanya angka kematian,” tegasnya.
Definisi kematian yang menurut WHO ditentukan dalam rangka surveilans harus menjadi rujukan pemerintah.
Kelompok yang masuk kategori kematian Covid-19 adalah kematian termasuk kasus probable maupun terkonfirmasi Covid-19. Kecuali, ada penyebab lain yang jelas dari kematian, yang tidak dapat dihubungkan dengan penyakit Covid-19.
Angka kematian Covid-19 tidak bisa diabaikan dan disepelekan. Ketika angka kematian diabaikan, artinya kita kehilangan kemampuan dalam menilai performa strategi secara valid.
Angka kematian ini juga menunjukkan bahwa deteksi dini atau testing diabaikan atau belum memadai.
“Saya melihat, beberapa provinsi di Indonesia belum memadai dan masih banyak daerah yang abai,” kata Dicky
Saat ini provinsi dengan kasus terbanyak adalah Jawa Timur dengan 42.098 kasus, dan kematian mencapai 3.062 kasus. Disusul DKI Jakarta dan Jawa Tengah. (kps/anw)