Gubuk baca lereng Busu bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pendidikan. Berawal dari inisiatif Kusnadi alias Pak De Abit. Ia mengubah rumahnya menjadi gubuk baca. Awalnya mengumpulkan 7 anak. Agar ikut kegiatan ‘permainan tradisional nusantara’. Aktivitasnya, permainan
tradisional, kelas alam dan tari. Agar anak-anak yang kecanduan ponsel bisa teralihkan. Kini, sudah diramaikan sekitar 120 anak dan 3 lokasi. Pembelajarannya juga terjadwal. Seperti matematika, biologi, bahasa Jawa dan lainnya. Berdiri sekitar 3 tahun. Mengalami beberapa kendala.
Masih dianggap sebagai tempat bermain anak-anak. Sehingga kurang dukungan positif dari orang tua. Pengajar yang profesional kurang.
Fasilitas juga kurang mewadahi. Hingga mengajar dengan tenaga dan ilmu seadanya. Managemen pendidikan juga tidak terstruktur. Sehingga pembelajaran berjalan tidak sesuai jenjang.
Inilah yang mendorong KKN PMM Universitas Muhammadiyah Malang bergerak. Berbagi ilmu, menjadi relawan pengajar. Mulai Senin (24/8) hingga sekarang. Mengabdi untuk gubuk baca lereng Busu. Anifa Adlina salah satunya. “Bahagia melihat antusias anak-anak dusun Busu ini. Belajar disela-sela waktu. Kebanyakan anak akan memilih bermain gadget. Namun, ini memberikan kebermanfaatan yang positif. Untuk mengisi kekosongan waktu, terutama di masa pandemi ini,” tuturnya.
Putri, salah satu peserta gubuk baca menuturkan, ”Bahagia bisa belajar bersama kakak-kakak. Banyak hal baru yang bisa kami dapat”. Siswi kelas 6 SD ini, ikut belajar karena keingintahuannya tinggi. Dia semangat belajar, mengeksplor bakat dan minat melalui kegiatan-kegiatan yang diberikan. Aktivitasnya dibagi dua. Pertama, kegiatan harian (Senin-Jumat). Belajar mengajar mengulang materi pelajaran sekolah. Kedua, di hari Minggu.
Melakukan prakarya. Peserta bebas mengeksplor kemampuan mereka. Seperti tari, senam dan prakarya. Diisi juga dengan edukasi pengolahan sampah plastik. Dijadikan vas bunga, bunga anggrek, ekobrik dan lainnya.
Suhasti Nabila, ketua gubuk baca menyampaikan, “Prakarya diberikan untuk mengasah kemampuan keterampilan. Agar mereka lebih peka dengan kemampuan diri dan lingkungan sekitar. Mengajarkan adik-adik cara pemanfaatan sampah plastik. Agar menjadi barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual,” tuturnya. “Harapannya mampu mencetak generasi tangguh, cerdas, inovatif dan positif. Disamping kuat di pelajaran formal, juga tidak melupakan budaya tradisi,” tutur Pak De Abit. Ia bertekad mendirikan gubuk baca sebanyak mungkin di lereng Busu. Membuka wawasan bahwa pendidikan itu penting. Sehingga menjadi generasi tangguh. Hingga dusun Busu ini, bisa menjadi kampung sinau. (ozz-yan)