Millah Shofiah, Putri KH. Marzuki Mustamar Ketua NU Jawa Timur
Malang – BUAH jatuh tak jauh dari pohonnya. Hal tersebut menggambarkan Millah Shofiah dan sang ayahandanya, KH. Drs. Marzuki Mustamar,M.Ag, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Selama ini, Shofi, begitu ia akrab disapa, aktif membantu sang ayah untuk berdakwah dengan caranya sendiri.
Selain disibukkan dengan kegiatan belajar di Pascasarjana Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang, Shofi juga mengajar Diniyah, bagi santri usia SMP hingga SMA. “Ngajarnya setiap hari Rabu, Sabtu dan Minggu selama satu jam. Mulai habis Maghrib,” kata Shofi.
Shofi mengungkapkan, ia mengajar ilmu fiqih kepada anak-anak tersebut. Hal itu merupakan tantangan baginya. “Sebab itu bukan basic ilmu saya. Tapi selama mengajar, saya tidak pernah ada kesulitan,” papar anak ketiga dari tujuh bersaudara ini.
Selama mengajar, Shofi hanya memberikan materi sedikit saja, hanya sekadar membaca satu bab. Selebihnya, ia mengaku sering mendengarkan keluh kesah para santri. “Saya sering tanya, apa yang mereka rasakan selama disini. Saya suka mendengarkan orang bercerita,” jelas dia.
Selain aktif di Pondok Pesantren Sabilurrosyad, yang didirikan ayahandanya, ia juga mengikuti organisasi lain, yakni Mahasiswa Ahli Thoriqoh (Matan) di kampus dan Pengurus Cabang (PC) Matan Kota Malang.
Dalam organisasi tersebut, ia dikenal sebagai pribadi yang telaten dalam memberikan bimbingan kepada anggota yang lain. “Tak jarang, saya mendampingi teman-teman yang depresi dan bipolar,” lanjut perempuan berkacamata ini.
Untuk menghadapi mereka, Shofi memiliki trik tersendiri. “Mereka itu lebih butuh didengarkan. Saya berikan terapi dasar saja. Selama dua tahun ini, ada dua orang yang sangat dekat dengan saya,” ungkap Shofi, alumni Fakultas Kedokteran UB Malang ini.
Ketika menjalani terapi, perlahan, kondisi mereka sudah membaik. Bahkan, ada satu yang sudah sembuh dan saat ini sudah menjalani bahtera rumah tangga. “Ketika mereka sedang dalam fase depresi, saya minta mereka atur nafas. Kemudian, cerita pelan-pelan. Lantas, saya berusaha menganalisis apa triggernya,” kata dia.
Kemudian, ia berusaha memberikan sugesti positif untuk membantu mereka. “Setelah tenang, saya berusaha meminta mereka menjauhi trigger, itu saja,” papar perempuan yang ingin menjadi dosen ini.
Selain memberikan terapi, Shofi juga terlibat dalam kegiatan dakwah yang dilakukan sang ayah, yakni membantu untuk mengurusi segala sosial media. Mulai dari Instagram, Youtube hingga podcast. “Kalau untuk konten, ada tim sendiri. Saya tugasnya memberikan caption, itu pun atas persetujuan Abah (KH Marzuki Mustamar, red.),” ujar dia sambil tersenyum.
Di tengah segala kesibukannya itu, sejauh ini Shofi tidak pernah merasa keteteran dan mampu mengatur waktunya dengan baik. “Sebab sejak kecil, Abah selalu mendidik untuk mengatur waktu dan disiplin. Akhirnya terbiasa,” ujar perempuan kelahiran 27 Desember 1997 ini.
Ke depan, ia akan meneruskan perjuangan sang ayah untuk berdakwah. Serta, ingin berbagi ilmu dan rezeki bagi orang yang membutuhkan. “Ini juga diajarkan Abah. Beliau suka memberi, apapun itu. Dari situ kami belajar, kebahagiaan kita itu ya bisa bersumber dari situ. Tidak hanya berbagi harta, tapi ilmu juga,” pungkas dia. (tea/udi)