MALANG POST – Di balik gemerlap pariwisata Kota Batu yang identik dengan wahana modern dan hiburan keluarga, sebuah destinasi memilih jalan berbeda. Durian Fantasi (Dufan) hadir tidak sekadar menawarkan sensasi mencicipi ‘raja buah’, tetapi membawa misi lebih jauh, menjadikan kebun durian sebagai ruang belajar hidup tentang agrowisata edukasi, zero waste dan ekonomi sirkular.
Dengan tiket masuk yang relatif terjangkau, pengunjung tidak hanya disuguhi lanskap kebun durian yang tertata rapi dan sudut-sudut foto yang instagramable. Lebih dari itu, mereka diajak memahami bahwa pariwisata dapat tumbuh seiring dengan kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan ekonomi lokal.
Konseptor Dufan, Sujono Djonet menegaskan bahwa sejak awal Dufan dirancang bukan sebagai wisata petik buah semata. “Bagaimana pohon durian itu ditanam, dirawat, sampai berbuah dan diolah, kami kemas menjadi satu pengalaman yang utuh dan edukatif,” ujar Djonet, Selasa (30/12/2025).
Konsep agrowisata edukasi diwujudkan dengan membawa pengunjung menyusuri seluruh siklus hidup durian. Di zona pembibitan, wisatawan dikenalkan dengan berbagai varietas premium, mulai dari Musang King, Bawor, Montong, hingga Black Thorn. Setiap varietas dijelaskan karakter, keunggulan, serta teknik budidayanya.
Pembelajaran tidak berhenti di kebun. Pengunjung juga diajak mengenal proses pascapanen, termasuk pengolahan durian menjadi produk turunan yang bernilai tambah. Upaya ini sekaligus membuka wawasan bahwa sektor pertanian dapat memberikan manfaat ekonomi lebih luas jika dikelola secara kreatif dan berkelanjutan.
Namun, filosofi utama Dufan justru terlihat setelah buah habis dinikmati. Di sinilah prinsip zero waste dan ekonomi sirkular dijalankan secara nyata. Limbah durian, terutama kulit dan biji, tidak dipandang sebagai sampah, melainkan sebagai bahan baku awal untuk siklus berikutnya.
“Konsepnya menumbuhkan zero waste dengan prinsip ekonomi sirkular. Limbah tidak dibuang begitu saja,” jelas Djonet.

WISATA EDUKASI: Durian Fantasi sebuah tempat wisata edukasi kebun durian, zero waste dan ekonomi sirkular di tengah Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dalam waktu dekat, pengelola menyiapkan lahan khusus untuk pengelolaan limbah organik. Kulit durian akan diolah menjadi kompos yang nantinya digunakan kembali untuk menyuburkan kebun.
Sementara biji durian direncanakan diolah menjadi tepung yang berpotensi menjadi bahan baku produk pangan, seperti roti dan olahan lainnya. Langkah ini bukan sekadar urusan internal destinasi. Dufan juga ingin ambil bagian dalam mengurangi persoalan sampah Kota Batu.
Berdasarkan data, sekitar 60 persen sampah yang masuk ke TPA Tlekung merupakan sampah organik. Dengan pengelolaan mandiri, limbah dari aktivitas wisata tidak lagi menambah beban lingkungan kota.
“Kalau dikelola mandiri, ini bisa mengurangi beban TPS3R maupun TPA. Artinya, kami ikut membantu mengurangi tekanan daya tampung sampah di Kota Batu,” tambahnya.
Komitmen tersebut akan diperkuat melalui pengembangan kawasan wisata. Salah satunya pembangunan wahana ‘Dream Kastil’ yang ditargetkan mulai beroperasi awal 2026. Wahana ini tidak hanya dirancang sebagai arena bermain, tetapi juga sebagai media edukasi lingkungan yang dikemas interaktif, khususnya untuk anak-anak.
“Permainan tidak hanya menarik, tapi juga menciptakan nilai edukasi,” kata Djonet.
Dari area ini, pengunjung juga akan disuguhi panorama alam dari ketinggian. Sebuah pengingat visual bahwa lanskap hijau yang mereka nikmati adalah aset yang harus dijaga bersama.
Dengan konsep tersebut, Durian Fantasi bukan hanya menambah daftar destinasi wisata di Kota Batu. Lebih dari itu, Dufan memperkaya wajah pariwisata daerah dengan pendekatan yang lebih bertanggung jawab, edukatif dan berkelanjutan. (Ananto Wibowo)




