dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM., KPEC., Bdn. Mustika Dewi, S.ST., M.Keb. dan dr. Ahmadal Mustaf. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Respons cepat Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terhadap bencana yang melanda Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), dan Sumatera Utara (Sumut) telah memasuki tahap pendahuluan.
Tim pendahulu yang dinilai siap untuk melakukan penilaian lapangan dan koordinasi awal telah diberangkatkan dari Malang menuju Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Sabtu pagi 6 Desember 2025.
Dukungan ini merupakan bagian dari upaya kolaboratif kedua kampus dalam membantu proses respon kemanusiaan yang intensif di wilayah terdampak.
Tim pendahulu terdiri dari, dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM., KPEC., Bdn, Mustika Dewi, S.ST., M.Keb dan dr. Ahmadal Mustafa. Tim gabungan ini terdiri dari 15 dosen, 9 tenaga kependidikan dan 27 mahasiswa dari kedua kampus.
Ketua tim tanggap bencana Sumbar UB-UMM, dr. Aurick Yudha Nagara, menjelaskan bahwa misi awal tim adalah melakukan uji cepat terhadap kondisi lapangan sekaligus menjalin komunikasi dengan para pemangku kepentingan setempat.
Tujuannya adalah untuk memetakan kebutuhan prioritas sebelum kedatangan logistik dan tim teknis yang lebih besar. Kolaborasi emergensi antara UB dan UMM ini akan menuju Kabupaten Agam untuk melakukan asesmen awal.
“Koordinasi kami dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak menghasilkan keputusan bahwa fokus bantuan akan dipusatkan di Kecamatan Palembayan dan Malalak,” jelas Aurick.
Hasil asesmen lapangan awal menunjukkan bahwa Palembayan dan Malalak adalah wilayah yang paling terdampak. Di Palembayan, sejumlah permukiman warga teramat rusak berat akibat banjir bandang dan lumpur yang membentuk permukaan tanah. Akses terhadap air bersih juga menjadi tantangan serius bagi warga setempat.
Rencana kerja berikutnya adalah merangkum temuan asesmen ini menjadi pedoman bagi tim yang akan berangkat dalam waktu dekat. Tim lanjutan diperkirakan akan bertugas hingga tanggal 17 Desember, dengan fokus pada penanganan kebutuhan mendesak, pemulihan infrastruktur dasar, serta dukungan kesehatan dan perlindungan bagi korban terdampak.
Kata seorang dosen pendamping yang terlibat dalam persiapan, “Kehadiran tim ini tidak hanya membawa bantuan logistik, tetapi juga semangat solidaritas dari komunitas akademik yang peduli pada keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.”
Kehadiran tim pendahulu UB-UMM di Kabupaten Agam menjadi bagian dari respons komprehensif yang mengedepankan kolaborasi lintas institusi, akurasi data di lapangan, serta kepekaan terhadap kebutuhan korban dampak bencana. Pihak kampus berharap hasil asesmen ini mempercepat pelaksanaan bantuan yang tepat sasaran dan berdampak positif bagi pemulihan warga Palembayan dan Malalak.
Rektor UB melalui Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, menyampaikan pihaknya telah berkoordinasi intensif dengan Kemendikbudsaintek, serta menyiapkan berbagai aktivitas dan dukungan lapangan.
“Tim emergensi dan disaster juga sudah bersiap membantu teman-teman yang ada di lokasi bencana,” katanya.
Menurutnya, Kemendikbudsaintek telah mengoordinasikan sembilan perguruan tinggi di Jawa untuk terlibat langsung dalam penanganan bencana di Sumatera dan Aceh. UB menjadi salah satu kampus yang diminta mengirimkan tim dan proposal resmi terkait bentuk partisipasi kampus.
“Insyaallah tanggal 6 kita rencanakan tim tanggap bencana dari Universitas Brawijaya akan berangkat dengan mengerahkan perangkat yang kita miliki, termasuk teknologi inovasi yang dapat diterapkan di daerah bencana,” jelas Prof. Widodo.
“Tim akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi lain, termasuk Universitas Muhammadiyah Malang, serta universitas lokal sebagai mitra di lokasi bencana. Mahasiswa dari program dokter spesialis, kesehatan, gizi, hingga bidang terkait lainnya akan dilibatkan dalam misi kemanusiaan ini,” imbuhnya.
Selain itu, UB juga memberikan perhatian khusus kepada mahasiswa yang berasal dari wilayah bencana. Kampus akan menyediakan skema advokasi, termasuk bantuan pembayaran UKT serta kebutuhan bulanan yang mungkin terhambat akibat kondisi darurat.
“Selama ada mahasiswa yang melapor ke kita, insyaallah akan kita bantu semaksimal mungkin. UKT dan kebutuhan lain akan kita advokasi sesuai kondisi yang dihadapi,” tegasnya.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, Prof. Unti Ludigdo menambahkan, tim UB akan diterjunkan ke Kabupaten Agam, salah satu wilayah yang terdampak cukup parah namun masih dapat dijangkau tim darurat.
“UB menyiapkan sekitar 45 mahasiswa lintas jenjang S1, S2, hingga profesi untuk bergabung dalam program KKN Kemanusiaan di wilayah terdampak,” ungkapnya.
Dalam misi tersebut, UB akan membawa beberapa perangkat teknologi inovatif, di antaranya Teknologi penjernihan air bersih, hingga upaya pendampingan trauma healing.
“Sementara kebutuhan jaringan komunikasi dan listrik akan dikoordinasikan dengan Komdigi serta BNPB,” tandasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




