NAIK: Petani tembakau saat akan menjemur hasil panennya. Kenaikan harga tembakau, menjadi salah satu sebab inflasi di Kota Malang. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Badan Pusat Statistik (BPS), dalam rilisnya menyebut, inflasi tahunan untuk Kota Malang dan Kota Probolinggo masih terkendali. Angkanya, Kota Malang mengalami inflasi tahunan sebesar 2,71 persen (yoy). Sedangkan Kota Probolinggo, mencatatkan inflasi sebesar 2,73 persen (yoy).
Lebih rinci dijelaskan, untuk Kota Malang pada November 2025, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan Oktober sebesar 0,31 persen (mtm).
“Inflasi IHK pada November 2025, terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,08 persen (mtm),” sebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina, dalam rilis yang diterima Malang Post, Selasa (2/12/2025).
Berdasarkan penyebabnya, inflasi Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan, tomat, cabai merah, bawang merah dan kacang panjang. Memiliki andil 0,06 persen, 0,03 persen, 0,02 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen (mtm).
Kenaikan harga emas perhiasan disebabkan oleh peningkatan harga komoditas emas, yang masih berlanjut hingga November 2025.
Kenaikan harga tomat, cabai merah dan bawang merah, terjadi karena penurunan produksi di tengah kenaikan permintaan masyarakat. SSerta tingginya curah hujan, yang berpengaruh pada gangguan produksi dan distribusi.
“Inflasi yang lebih tinggi, tertahan oleh beberapa komoditas yang mencatatkan deflasi. Seperti beras, daging ayam ras dan telur ayam ras. Andil deflasinya -0,04 persen, -0,03 persen dan -0,01 persen. Seiring dengan terjaganya pasokan,” tambahnya.
Tekanan inflasi Kota Malang pada November 2025, masih sebut alumni UGM ini, cenderung melandai dan masih terkendali dalam rentang sasaran.
Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi. Diantaranya, pelaksanaan Gelar Pangan Murah (GPM), pemantauan harga bahan pokok dan penanaman cabai di Kota Malang.

KEPALA Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Sedangkan di Kota Probolinggo, IHK pada November 2025, mengalami inflasi sebesar 0,15 persen (mtm), menurun dari Oktober yang tercatat 0,43% (mtm).
Febrina menyebut, secara tahunan, inflasi di Kota Probolinggo sebesar 2,73 persen (yoy), masih dalam rentang sasaran inflasi 2,5 + 1 persen.
“Inflasi IHK pada November 2025, terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan andil inflasi sebesar 0,19 persen (mtm),” jelas Febrina.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan, tomat, cabai merah, bawang merah dan wortel. Dengan andil masing-masing 0,18 persen, 0,05 persen, 0,02 persen, 0,02 persen dan 0,01 persen (mtm).
Kenaikan harga emas perhiasan, disebabkan oleh peningkatan harga komoditas emas yang masih berlanjut hingga November 2025.
Kenaikan harga tomat, cabai merah dan bawang merah, disebabkan penurunan produksi di tengah kenaikan permintaan masyarakat. Serta tingginya curah hujan yang berpengaruh pada gangguan produksi dan distribusi.
“Inflasi yang lebih tinggi, tertahan oleh penurunan harga komoditas beras, daging ayam ras dan telur ayam ras. Andil masing-masing -0,10 persen, -0,04 persen dan -0,03 persen (mtm).”
“Penurunan harga pada komoditas tersebut, disebabkan oleh terjaganya pasokan persediaan,” tambahnya.
Tekanan inflasi Kota Probolinggo pada November 2025, cenderung melandai dan masih terkendali dalam rentang sasaran.
Laju inflasi yang terkendali tersebut didukung oleh koordinasi solid di dalam TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam upaya pengendalian inflasi.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/Ra Indrata)




