MALANG POST – Merespon peristiwa erupsi gunung Semeru yang terjadi pada Rabu (19/11/2025) sore, Universitas Brawijaya melalui Emergency Medical Team mengirimkan tim respon cepat ke Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Keberangkatan tim ini membawa logistik makanan dan perlengkapan darurat lain seperti obat-obatan ringan, tikar, selimut dan peralatan lain.
Selain itu, tim yang dikomando oleh dr. Aurick Yudha Nagara, SpEM ini juga membawa 1 mobil ambulans, 1 unit motor trail dan 1 unit mobil bak terbuka.
Tim relawan terdiri atas 1 orang dokter, 2 orang driver ambulans, 5 mahasiswa yang tergabung dalam Emergency Medicine Team dari Fakultas Kedokteran, 4 orang anggota Emergency Respond Team dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan 3 anggota Korps Suka Rela Universitas Brawijaya.
Mereka bergerak untuk memeriksa kesehatan dan membantu menyediakan kebutuhan makanan para pengungsi. Selain obat-obatan, tim juga membawa bahan makanan dan kebutuhan anak dan wanita.
“Tim berangkat malam tadi pukul 21.00 dari Fakultas Kedokteran lalu mengarah ke Kepanjen untuk pengambilan logistik dan lanjut Gondanglegi-Dampit-Ampelgading-Pronojiwo”, jelas Aurick.
Untuk memantau situasi di lapangan, tim juga di dukung dengan laporan observasi lapang yang dapat diakses melalui s.ub.ac.id/gisresponsemeru, yang sebelumnya digunakan pada saat erupsi Gunung Semeru di tahun 2021.
“Dengan update hingga radius 5, 10 dan 15 km dari Semeru, akan memudahkan tim untuk bekerja di lapangan,” ujar Dr. Adipandang Yudono, S.Si., M.U.R.P., Ph.D selaku insiator web.
1.156 WARGA MENGUNGSI KE 7 LOKASI
Sebanyak 1.156 jiwa mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Rabu (19/11/2025). Ribuan warga meninggalkan rumah dan dievakuasi ke sejumlah titik pengungsian di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim Satriyo Nurseno mengatakan data sementara yang dihimpun hingga Rabu malam mencatat 1.156 pengungsi tersebar di tujuh lokasi.
“Total jumlah pengungsi 1.156 jiwa, data sementara,” kata Satriyo, Kamis (20/11/2025) dini hari.

Web milik tim EMT UB s.ub.ac.id/gisresponsemeru, untuk memantau kondisi terbaru Gunung Semeru. (Foto: Istimewa)
Di Balai Desa Oro-Oro Ombo, Pronojiwo, terdapat sekitar 200 pengungsi, termasuk 30 balita, 1 ibu hamil, dan 2 warga dengan penyakit kronis berupa stroke.
Sementara di Balai Desa Penanggal, Candipuro, situasi mulai kondusif setelah seluruh warga yang sempat mengungsi memilih kembali ke rumah masing-masing.
Di lokasi lain, SDN 04 Supiturang menampung sekitar 100 jiwa, sedangkan SDN 02 Sumberurip menampung sekitar 200 jiwa yang beristirahat di ruang-ruang kelas yang dialihfungsikan.
Jumlah paling banyak berada di Masjid Ar-Rahmah, Desa Oro-Oro Ombo, yang kini menjadi titik pengungsian utama dengan sekitar 500 jiwa.
Adapun di Kantor Kecamatan Candipuro, terdapat 101 pengungsi, terdiri atas 79 orang dewasa, 17 anak, dan 5 balita.
“Di rumah Kepala Desa Sumbermujur menampung 55 jiwa, terdiri dari 23 dewasa, 28 anak dan empat balita,” ujarnya.
BPBD juga melaporkan dua warga mengalami luka bakar saat melintas di sekitar Gladak Perak dan kini dirawat di RSUD Haryoto.
“Korban luka bakar Haryono (48) dan Normawati (43) warga Desa Maron, Kecamatan Banyakan, Kediri, dirawat di RSUD Haryoto,” kata Satriyo.
BPBD Jatim telah memberangkatkan unit BPBD ONE serta bantuan logistik untuk percepatan penanganan pengungsi Semeru.
Gunung Semeru erupsi pada pukul 14.13 WIB hingga 18.11 WIB, Rabu (19/11/2025) dengan amplitudo maksimum 45 mm dan durasi 14.283 detik. Luncuran awan panas mencapai lebih dari 13 km ke arah Tenggara–Selatan (Besuk Kobokan). (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




