CERIA: Rektor Universitas IBU, Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si., bersama-sama dengan peserta Yudisium PPG Tertentu di Klub Bunga Theme Park Hotel dan Jatim Park 1. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – Bukan Universitas Insan Budi Utomo (UIBU), jika tidak selalu menghadirkan aktivitas yang out the boxes. Termasuk saat menggelar yudisium, proses akademik di perguruan tinggi, yang menandai penetapan resmi kelulusan mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh rangkaian studi.
Seperti dalam Yudisium Pendidikan Profesi Guru (PPG) Tertentu Tahap 1 Tahun 2025. Universitas yang bermetamorforsa dari IKIP Budi Utomo itu, membawa 1.894 mahasiswa PPG ke dua tempat wisata outdoor. Tepatnya ke Jatim Park 1 dan Klub Bunga Theme Park Hotel.
Ribuan mahasiswa yang berasal hampir dari seluruh penjuru tanah air itu, mengikuti Yudisium Bernuansa Wisata, yang pertama di Indonesia.
Dalam yudisium yang berlangsung Sabtu (15/11/2025) kemarin, UIBU menggabungkan nuansa akademik dengan pengalaman rekreasi. Peserta yang juga para guru tersebut, dapat merayakan kelulusan dalam suasana segar, hangat dan penuh kebahagiaan.
Rektor Universitas IBU, Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si, menegaskan, model baru ini dirancang untuk memberikan pengalaman yang lebih bermakna bagi para lulusan.
“Kami ingin yudisium ini menjadi momen yang tidak hanya formal, tetapi juga membahagiakan.”
“Suasana wisata membuat silaturahmi lebih dekat, hati lebih ringan dan peserta benar-benar merasa menjadi bagian dari keluarga besar Universitas IBU,” ujarnya.

KOMPAK: Rektor Universitas IBU, melakukan selfie bersama perwakilan peserta Yudisium PPG Tertentu Tahap 1 Tahun 2025 di tempat wisata yang ada di Kota Batu. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Terlebih-lebih, Universitas IBU yang ‘berdiri’ pada 2023 itu, memiliki komitmen, pendidikan tinggi bukan hanya untuk mereka yang dianggap paling pandai. Melainkan untuk seluruh anak bangsa yang memiliki tekad dan semangat belajar.
Karena Indonesia yang luas dan beragam, membutuhkan lulusan yang mampu memahami konteks lokal, sekaligus berkontribusi dalam skala nasional.
“Jika sekolah dan perguruan tinggi, hanya untuk anak yang pandai, lalu siapa yang akan menjadi pemimpin bagi anak-anak bangsa lainnya?”
Kutipan ini menjadi pengingat, setiap lulusan UIBU memiliki tanggung jawab sosial. Mereka bukan hanya membawa ijazah, tetapi juga membawa amanah untuk memperluas akses, keadilan, dan kebermanfaatan pendidikan di tengah masyarakat.
“Saya berharap para lulusan hari ini bisa menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing. Menjaga nilai inklusivitas dan keberagaman yang menjadi ciri khas UIBU dan mampu mengembangkan diri dengan semangat inovasi dan kepedulian sosial,” tandas pembina PWI Malang Raya ini.
Di sisi yang lain, Sam Rektor -panggilan akrab Rektor Universitas IBU- juga selalu menekankan, mereka yang kuliah di kampus yang menerima 2.500 lebih mahasiswa baru pada tahun ini, mulai masuk kuliah hingga lulus, tidak boleh terbebani. Baik terbebani soal biaya, maupun beban-beban yang lain.
“Karena model kuliah yang akan kita berikan, adalah model kuliah yang happy. Yakni model kuliah agar mahasiswa memperoleh sesuatu yang mengembirakan,” jelas peraih PWI Jatim Award 2025, sebagai Tokoh Pemerata Akses Pendidikan ini.
Pihaknya lantas membeberkan salah satu bentuk metodologinya. Saat ini, ujar Sam Rektor, bukan lagi soal tatap muka, yang harus diabsensi setiap hari. Absensi itu bisa berupa karya. Bukan absensi yang berupa kehadiran.

LULUS: Rektor Universitas IBU, secara simbolis menyerahkan Sertifikat Pendidikan, kepada perwakilan peserta Yudisium, yang berasal dari Indonesia Timur. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Alasannya, kuliah itu tidak hanya tatap muka secara langsung (offline). Juga bisa secara online. Universitas IBU, juga memberikan bahan posfaktum. Yakni bahan yang bisa tersimpan dan bisa dibuka, dengan menggunakan link Universitas IBU.
Dengan model berkuliahan tersebut, masih sebutnya, yang perlu dipikirkan saat ini bukan lagi soal penerimaan mahasiswa baru atau berapa banyak mahasiswa baru yang diterima. Tapi soal bagaimana mindset mereka, bahwa belajar itu adalah kegiatan yang menyenangkan, karena memperoleh sesuatu yang itu berupa rezeki. Rezeki berupa ilmu.
“Nah, kalau berupa ilmu saja mereka sudah bahagia, maka kesehatannya juga bisa meningkat. Pikiran-pikiran yang negatif, overtaking dan sebagainya hilang. Sehingga saat mereka mengikuti yudisium, mereka akan selalu heppie,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, selain menikmati fasilitas wisata, seluruh mahasiswa menerima Sertifikat Pendidikan secara langsung dari Rektor, disertai ucapan selamat dari para pimpinan UIBU.
Momen ini menjadi bentuk apresiasi, sekaligus penutup perjalanan mereka dalam program Pendidikan Profesi Guru.
Konsep Yudisium Bernuansa Wisata ini, juga menjadi wujud inovasi UIBU dalam mengemas kegiatan akademik secara kreatif, ramah dan relevan dengan kebutuhan generasi pendidik masa kini.
Melalui pendekatan ini, UIBU menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan pengalaman belajar dan layanan akademik yang progresif dan berdampak. (*/Ra Indrata)




