Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu masalah utama yang menghambat perkembangan industri manufaktur dan konstruksi, khususnya di Indonesia. Kerusakan material logam yang terus terjadi akibat proses korosi bukan hanya mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena penggunaan bahan kimia pelapis konvensional yang tidak ramah lingkungan.
Dalam upaya mencari solusi yang berkelanjutan dan efektif, para peneliti dari Universitas Brawijaya telah mengembangkan inovasi coating komposit berbasis bahan alami, yaitu chitosan dari jamur Ganoderma lucidum dan cellulose nanocrystal dari bambu.
Inovasi ini bukan hanya menawarkan perlindungan tinggi terhadap korosi, tetapi juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin 12 tentang konsumsi dan produksi bertanggung jawab.
Chitosan, yang diperoleh dari jamur Ganoderma lucidum, merupakan polimer bioaktif yang memiliki gugus amino bermuatan positif, sehingga mampu membentuk ikatan kimia yang kuat dengan permukaan logam. Selain berfungsi sebagai bahan perekat biologis, chitosan juga memiliki sifat antimikroba dan ramah lingkungan, yang menjadikannya pilihan unggul untuk material pelapis.
Jamur Ganoderma lucidum sendiri memiliki reputasi luas sebagai bahan alami kaya polisakarida yang berpotensi dalam bidang farmasi dan pengobatan tradisional, namun penggunaannya dalam bidang material coating menjadi konsep inovatif yang baru mulai berkembang.
Sementara itu, cellulose nanocrystal (CNC) dari bambu merupakan struktur nanometer yang dihasilkan dari serat selulosa bambu dengan kekuatan mekanik yang sangat tinggi dan struktur kristal yang rapi. CNC memberikan pengaruh kuat meningkatkan stabilitas dan ketahanan mekanis lapisan pelapis, sehingga bisa menahan tekanan eksternal sekaligus memperlambat penetrasi zat korosif.

Ilustrasi Gambar struktur molekul untuk Coating CNC dari Bambu dan Chitosan dari Jamur.
Pentingnya inovasi ini tidak hanya terletak pada perlindungan material melainkan juga pada kontribusinya terhadap pengurangan limbah agroindustri dan pemanfaatan sumber daya lokal. Limbah bambu dan jamur yang selama ini banyak terbuang kini bertransformasi menjadi produk bernilai tinggi yang dapat mendukung pertumbuhan industri coating nasional yang lebih hijau.
Proses pembuatan coating ini dirancang dengan prinsip hemat energi serta minim limbah beracun, sejalan dengan konsep ekonomi sirkular yang kini menjadi perhatian global. Dengan adopsi coating berbasis chitosan dan CNC, para pelaku industri diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis impor yang sering kali berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Lebih jauh, struktur nanokomposit multilayer yang dikembangkan terdiri dari lapisan dasar chitosan untuk memastikan daya lekat optimal pada permukaan logam, lapisan tengah komposit chitosan dan CNC yang berfungsi sebagai penghalang utama terhadap korosi dan degradasi material, serta lapisan pelindung atas yang mampu menghadang sinar ultraviolet dan kerusakan mekanis.
Penggunaan teknologi multilayer ini memperkuat efektivitas coating dalam jangka panjang, menjaga integritas material, sekaligus memperpanjang masa pakai produk. Ini menjadi sebuah terobosan yang tidak hanya meningkatkan performa tetapi juga mengedepankan aspek keberlanjutan bahan.
Dalam konteks sosial ekonomi, pengembangan coating komposit dari bahan alami ini berpotensi membuka lapangan kerja baru di sektor UMKM melalui proses pengumpulan dan pengolahan bahan baku dari komunitas petani bambu dan peternak jamur.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah pada limbah pertanian dan peternakan, tetapi juga mendorong pemberdayaan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Ini merupakan langkah konkret dalam mendukung pembangunan industri hijau yang inklusif sekaligus mendukung fungsi ekosistem alami agar tetap terjaga.
Dukungan penuh dari berbagai pihak sangat penting untuk memastikan inovasi ini dapat diterapkan secara luas. Sinergi antara perguruan tinggi, lembaga riset, pemerintah, pelaku industri, dan pelaku UMKM menjadi pondasi utama dalam mengembangkan dan menyebarluaskan coating ramah lingkungan ini.
Program edukasi dan pelatihan menjadi elemen kunci untuk memfasilitasi transfer teknologi serta meningkatkan pemahaman tentang manfaat dan penggunaan coating berbasis chitosan dan CNC. Infografis dan visualisasi teknik, mulai dari struktur molekular hingga diagram proses produksi dan aplikasi coating, disiapkan untuk membantu memperjelas konsep kepada masyarakat umum dan pelaku industri.
Kesimpulannya, inovasi coating komposit berbahan alami dari jamur Ganoderma lucidum dan cellulose nanocrystal bambu bukan hanya merupakan langkah teknologi maju, tetapi juga sebuah gerakan penting ke arah industri yang lebih hijau, efisien, dan berkelanjutan.
Teknologi ini menawarkan solusi konkret yang menjawab berbagai persoalan korosi di dunia industri sekaligus mempromosikan penggunaan bahan lokal yang ramah lingkungan. Dengan dukungan riset berkelanjutan dan kolaborasi lintas sektor, coating ini diharapkan mampu memacu perubahan besar di industri manufaktur Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam penerapan teknologi hijau dan konsumsi bertanggung jawab di Asia Tenggara. (Hafizh Muflih Alfarizy)




