Nomer Tiga dari Kiri (Dekan FIB) Hamamah, S.Pd., M.Pd., Ph.D, lalu 1. Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang dan WR IV Bidang Kerjasama dan Internasionalisasi 2. Prof. Andi Kurniawan S.Pi., M.Eng. D.Sc. pada Saat Pertemuan dengan Peking University Februari Lalu. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) kembali menegaskan kiprahnya di kancah internasional melalui diplomasi akademik dan budaya. Melalui jejaring kerja sama dengan Peking University, UB berperan strategis dalam memperkuat pengajuan Kota Malang hingga berhasil ditetapkan oleh UNESCO sebagai Creative City bidang Media Arts.
Pengumuman bersejarah tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, pada World Cities Day 2025, Kamis (30/10/2025) di Markas Besar UNESCO, Paris.
Keberhasilan Malang sebagai kota pertama di Jawa Timur yang diakui UNESCO menjadi bukti sinergi antara pemerintah, komunitas kreatif dan dunia akademik. Di antara pilar kolaborasi itu, UB berperan sebagai penggerak utama yang menjembatani kerja sama dengan pakar global UNESCO.
Fakultas Ilmu Budaya UB menjadi motor penggerak diplomasi akademik dengan menghadirkan Prof. Dr. Xiang (Hardy) Yong, UNESCO Chairholder on Creativity and Sustainable Development in Rural Areas sekaligus Dekan Institute for Cultural Industries dari Peking University, Tiongkok.
Kunjungan Prof. Hardy ke Malang pada Februari 2025 difasilitasi penuh oleh FIB UB. Dalam agenda tersebut, Prof. Hardy meninjau potensi cultural industry Malang bersama delegasi dari UB dan Pemerintah Kota Malang, termasuk lokasi-lokasi seperti Malang Creative Center (MCC), Kampung Heritage Kayutangan dan Kampung Budaya Polowijen.
Kegiatan ini menghasilkan surat rekomendasi resmi (Letter of Recommendation) yang menjadi dokumen pendukung penting bagi pengajuan Kota Malang ke UNESCO.
Menurut Yang Nadia Miranti, S.Hum., M.Pd., dosen bahasa dan budaya Tiongkok FIB UB sekaligus narahubung kerja sama UB untuk Tiongkok, universitasnya memiliki posisi kunci dalam menjembatani kolaborasi lintas negara tersebut.
“UB dalam diplomasi akademik dengan Peking University memegang peran yang sangat penting. Peking University melalui Prof. Dr. Xiang (Hardy) Yong, bersama FIB UB mengunjungi beberapa lokasi di Kota Malang pada Februari 2025 untuk melihat potensi cultural industry. Dari diskusi kami lahir revisi proposal dan surat rekomendasi langsung dari Prof. Dr. Xiang (Hardy) Yong, untuk Kota Malang sebagai Kota Kreatif UNESCO bidang Media Arts,” jelas Nadia.
Ia menambahkan bahwa akulturasi budaya Tiongkok telah lama memperkaya kreativitas masyarakat Malang.
“Akulturasi budaya Tiongkok di Malang sangat kuat. Dari gastronomi seperti bakso dan mi hingga pewarnaan topeng Malangan yang mengambil karakter warna dari budaya Tiongkok. Kelenteng Eng An Kiong juga berperan penting dalam memperluas ruang kreatif masyarakat,” ujarnya.
Nadia menuturkan bahwa FIB juga aktif mengembangkan program lintas budaya seperti Chinese Paradise Festival dan pendirian Rumah Budaya Indonesia di Tiongkok, yang menjadi sarana soft diplomacy Indonesia di Asia Timur.

Rektor UB bersama Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang Pada Saat Pertemuaan dengan Peking University Februari Lalu. (Foto: Istimewa)
Selain itu, UB melalui UKBIPA kini telah memfasilitasi pembelajar bahasa Indonesia di Tiongkok agar dapat menempuh tes yang diakui secara resmi oleh UB. Lebih lanjut, ia mengungkapkan rencana kolaborasi lanjutan UB dan Peking University.
“Dalam waktu dekat, kami membangun Workstation UNESCO Chairholder di UB dan melaksanakan program student mobility pada 2026. Kami juga menjembatani Malang menjadi sister city dengan Changsha serta desa di Kabupaten Malang menjadi sister village dengan desa di Tiongkok,” jelasnya.
Nadia yang juga aktif di forum internasional seperti Yaoli International Art Symbiosis Initiative dan Zhangjiajie International Tourism Innovation Week 2025 turut memperkenalkan kesenian topeng Malangan dan batik Malang di tingkat dunia.
“Kolaborasi ini memperkuat soft diplomacy Indonesia di Tiongkok, membantu masyarakat Tiongkok melihat Indonesia secara positif dan menghapus stigma masa lalu. Kini masyarakat Indonesia perlu aktif menciptakan konten digital yang memperkenalkan budaya dan kreativitas bangsa,” tegasnya.
Dalam surat rekomendasi yang dikeluarkannya, Prof. Hardy menilai bahwa Malang telah menunjukkan komitmen nyata dalam menumbuhkan ekosistem Media Arts.
“Kota Malang merupakan perwujudan semangat jaringan kota kreatif UNESCO, sebuah tempat di mana art media mengkatalisasi ketahanan budaya, dinamisme ekonomi, dan kohesi sosial,” katanya.
Rekomendasi tersebut menjadi validasi akademis tingkat dunia bagi Komite Evaluasi UNESCO. Status ini juga membuka peluang kerja sama baru dengan kota-kota kreatif dunia seperti Changsha (Tiongkok) dan Gwangju (Korea Selatan).
Selain itu, Prof. Hardy merekomendasikan pembentukan Media Arts Innovation Council dan pengembangan Media Arts Impact Index yang akan digarap bersama UB untuk mengukur kontribusi kota-kota UNESCO terhadap pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Penetapan Kota Malang sebagai UNESCO Creative City menjadi hadiah istimewa menjelang pelaksanaan Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025, yang akan diselenggarakan di Malang pada 8 November 2025.
Momen ini turut menegaskan peran UB sebagai badan penggerak akademik dan diplomatik dalam menjadikan kreativitas sebagai kekuatan global bangsa. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




