MALANG POST – Tak ada waktu tanpa berbagi ilmu. Ini menjadi bahan bakar sivitas akademika Univesitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mengabdi bagi negeri.
Salah satunya seperti yang dilakukan pakar sekaligus asesor halal UMM, Prof. Dr. Ir. Elfi Anis Saati, M.P.
Ia didapuk menjadi pembicara utama dalam acara bertajuk ‘Sosialisasi dan Akselerasi Sertifikasi Halal untuk Hotel dan Rumah Makan’ yang dilaksanakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batu, akhir Oktober lalu.
Elfi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa esensi dari sertifikasi halal melampaui sekadar pemenuhan aspek legal dan syariat.
Mutu tertinggi produk halal justru terletak pada aspek intrinsik yang tidak terlihat, yaitu niat dan kejujuran dari produsen.
Menurutnya, produk halal tidak hanya harus terbebas dari bahan haram, tetapi juga harus thayyib atau baik.
Maksudnya adalah mencakup gizi holistik, di mana proses pengolahan yang diiringi dengan niat baik akan menghasilkan produk yang membawa keberkahan dan bahkan menjadi makanan penyembuh.
Elfi juga menjawab sederet keraguan yang dirasakan oleh pengusaha terkait penting tidaknya sertifikasi halal.
Salah satunya pertanyaan mengapa harus mengurus sertifikasi halal, bukan sertifikasi haram.
“Di Indonesia sudah ada undang-undang sejak tahun 90-an yang mewajibkan produsen mencantumkan label jika menggunakan babi.”
“Tapi kira-kira dipatuhi tidak? Hanya kurang dari satu persen. Karena itulah masyarakat muslim bingung dan galau,” jelasnya.
Menurutnya, sertifikasi halal hadir memberikan ketenangan. Menariknya, kepercayaan ini bahkan meluas ke konsumen non-muslim.
Lantaran mereka menilai, label halal sebagai jaminan mutu, kebersihan dan kualitas tertinggi.
Ia juga terus mendorong para pelaku usaha untuk memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal. Sesuai dengan anjuran Rasulullah untuk memanfaatkan sumber daya terdekat.
Langkah ini dinilai tidak hanya lebih efisien secara biaya. Tetapi juga dapat memperkuat kemandirian pangan nasional.
Sebagai praktisi yang produk olahan mawarnya pernah meraih penghargaan halal dunia di Malaysia, Elfi mengajak para pengusaha untuk menciptakan keunikan dan nilai tambah pada produk mereka.
Misalnya memanfaatkan bahan-bahan yang ada di Batu. Termasuk bunga mawar yang berhasil ia olah jadi antioksidan.
Ada juga bubuk bayam merah yang bisa digunakan sebagai suplemen zat besi atau juga kulit buah naga sebagai pewarna alami. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




