BERNYANYI: Rektor Universitas Insan Budi Utomo, Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si., yang secara resmi menerima 2.500 mahasiswa baru di tahun ajaran 2025/2026 ini. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
MALANG POST – “Mereka Ospek, Kita Samba. Mereka Gabut, Kita Heppiee.”
Tema yang diambil dalam Sambut Mahasiswa Baru (SAMBA) Universitas Insan Budi Utomo (IBU) itu, tidak berlebihan. Bahkan benar-benar membumi. Yang justru menjadi pembeda dengan perguruan tinggi lain.
Ya. Sekitar 1.500 mahasiswa baru (maba) itu, Sabtu (1/11/2025) malam, secara resmi diterima dalam keluarga besar kampus yang dulunya bernama IKIP Budi Utomo.
Acara yang digelar di halaman Kampus C Universitas IBU, sekadar prosesi penerimaan. Karena sejatinya dari total 2.500 maba tahun akademi 2025/2026 itu, sudah mengikuti perkuliahan sejak September lalu.
Tetapi nuasa heppiee, benar-benar disuguhkan untuk maba di tahun kedua, sejak kampus yang dipimpin Rektor Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si., berubah menjadi universitas.
Orientasi pendidikan (ospek) yang biasanya berwajah sangar, menakutkan serta penuh tugas-tugas aneh yang ‘tidak manusiawi’, dijauhkan dari iklim kehidupan kampus, yang baru saja meraih penghargaan di ajang Anugerah Kampus Unggulan (AKU) 2025.
Yang muncul adalah SAMBA, dengan rangkulan penuh kebahagiaan dari sivitas akademika Universitas IBU. “Ketika jika mereka bisa happy, pemberian dari institusi dalam bentuk penyebaran ilmu pengetahuan, bisa disebut rezeki,” kata Sam Rektor, panggilan akrab Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si.
Panggung hiburan yang disiapkan, juga bukan ecek-ecek. Untuk membuat 1.500 maba yang hadir secara langsung, Sam Rektor mendatangkan penyanyi ibukota. Fandi Kerispatih. Untuk diajak duet bernyanyi dihadapan para mahasiswa baru.
“Mahasiswa baru itu ketika pertama kali masuk ke perguruan tinggi, bukan untuk diorientasi. Tapi bagaimana caranya memberikan kenyamanan ketika mereka mulai masuk.”
“Dengan memberikan sesuatu agar mereka nyaman, bisa membuat mahasiswa baru itu happy. Kalau sudah happy, mereka bisa bersyukur. Yang akhirnya menganggap, ilmu atau pengetahuan yang diberikan Universitas Insan Budi Utomo (IBU), adalah rezeki,” sebut anggota Dewan Pakar PWI Jawa Timur ini.

FLARE: Suasana cerita penuh heppiee, terlihat saat para mahasiswa baru, secara resmi diterima bergabung dalam sivitas akademika Universitas IBU. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Bagaimana pun juga, tambah Sam Rektor, yang namanya rezeki itu bukan hanya soal uang. Bukan hanya soal kesehatan. Tapi juga soal ilmu. Ilmu itulah yang akan membawa mereka untuk memperoleh rezeki yang berkelanjutan.
Dijelaskannya, orientasi pendidikan model seperti ini, sudah mulai diterapkan Universitas IBU sejak tahun ajaran 2024/2025 lalu. Atau sudah dua kali sejak IKIP Budi Utomo bermetamorfosa menjadi Universitas IBU.
“Prinsipnya adalah, ketika mahasiswa masuk perguruan tinggi, mereka tidak boleh terbebani. Baik terbebani soal biaya, maupun beban-beban yang lain. Terutama ketika mereka mengikuti kuliah.”
“Jadi model kuliah yang akan kita berikan, adalah model kuliah yang happy. Yakni model kuliah agar mahasiswa memperoleh sesuatu yang mengembirakan. Wajar jika metodologinya juga harus diubah,” jelas peraih PWI Jatim Award 2025, sebagai Tokoh Pemerata Akses Pendidikan ini.
Pihaknya lantas membeberkan salah satu bentuk metodologinya. Saat ini, ujar Sam Rektor, bukan lagi soal tatap muka, yang harus diabsensi setiap hari. Absensi itu bisa berupa karya. Bukan absensi yang berupa kehadiran.
Alasannya, kuliah itu tidak hanya tatap muka secara langsung (offline). Juga bisa secara online. Universitas IBU, juga memberikan bahan posfaktum. Yakni bahan yang bisa tersimpan dan bisa dibuka, dengan menggunakan link Universitas IBU.
Dengan model berkuliahan tersebut, masih sebutnya, yang perlu dipikirkan saat ini bukan lagi soal penerimaan mahasiswa baru atau berapa banyak mahasiswa baru yang diterima. Tapi soal bagaimana mindset mereka, bahwa belajar itu adalah kegiatan yang menyenangkan, karena memperoleh sesuatu yang itu berupa rezeki. Rezeki berupa ilmu.
“Nah, kalau berupa ilmu saja mereka sudah bahagia, maka kesehatannya juga bisa meningkat. Pikiran-pikiran yang negatif, overtaking dan sebagainya hilang,” demikian tegas Pembina PWI Malang Raya ini. (Ra Indrata)




