MALANG POST – Di tengah maraknya tontonan bertema cinta yang sekadar romantis, film Tak Kenal Maka Taaruf, hadir dengan makna yang lebih dalam. Film ini diperkenalkan kembali lewat konferensi pers pada Selasa, 21 Oktober 2025 di hall Rektorat lantai 5 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penulis novel sekaligus produser Mim Yudiarto mengungkapkan alasan kuat mengapa kisah ini layak hidup di layar lebar. Tak Kenal Maka Taaruf akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 13 November 2025.
“Kami ingin menghadirkan kisah yang ringan namun mengena, yang bisa membuat penonton tersenyum sekaligus berkontemplasi,” ujarnya.
Tak Kenal Maka Taaruf diangkat dari novel karya Mim Yudiarto dengan judul yang sama. Film ini memadukan dunia literasi dan layar lebar melalui kolaborasi antara IPB Press dan YATIMA Films.
Direktur IPB Press dan Co-Producer Erick Wahyudyono menyatakan bahwa inisiatif ini menjadi langkah untuk memperkuat literasi kreatif di Indonesia.

Dibintangi oleh Fadi Alaydrus sebagai Faris, Saskia Chadwick sebagai Zoya, Dinda Mahira sebagai Cleo, serta Salahuddin, film ini disutradarai Toma Margens dan diproduseri Dedy Suherman. Tak sekadar hiburan, film ini juga mengundang renungan.
Cerita Tak Kenal Maka Taaruf mengajarkan bahwa cinta bukan sekadar rasa, tetapi juga keikhlasan menjaga kesucian. Nilai ini menjadi respons terhadap banyaknya hubungan percintaan anak muda yang kehilangan makna cinta dan ketulusan.
“Tak Kenal Maka Taaruf bukan hanya kisah cinta, tetapi perjalanan untuk menemukan diri, memahami makna pertemuan, dan menjaga kesucian perasaan,” ujar Erick.
“Film ini juga mengajak kita kembali memaknai nilai-nilai luhur dalam menjalin hubungan, mengajarkan bahwa cinta sejati bukan tentang siapa yang paling cepat memulai, tetapi siapa yang paling tulus menjaga kesucian dan maknanya,” tambahnya.
Sinopsis: Film ini mengikuti Zoya, mahasiswi kedokteran yang cerdas dan religius, dalam pencarian cinta sejati. Zoya berpegang pada prinsip menikah tanpa pacaran sesuai ajaran agamanya. Namun, ia juga membawa trauma masa lalu keluarga yang membuatnya takut pada cinta, sehingga ia kerap menutup diri meskipun merindukan cinta yang halal.
Kisah ini menyoroti perjalanan kasih sayang Zoya dan perjuangannya untuk tetap berada di jalan yang diridai Allah SWT. Zoya percaya bahwa cinta yang datang dengan izin Allah tidak akan melukai, melainkan menenangkan hati.

Para pemeran film: Tak Kenal Maka Taaruf, saat konferensi pers pada Selasa, 21 Oktober 2025 di hall Rektorat lantai 5 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (Foto: M. Abd. Rachman Rozzi/Malang Post)
Perubahan kehidupan Zoya terjadi ketika ia bertemu Faris, mahasiswa teknologi kelautan yang tampan, cerdas, dan populer. Pertemuan pertama mereka memicu reaksi tak terduga: Zoya merasa sangat terganggu bahkan membenci Faris pada pandangan pertama karena kebisingan motor Faris yang digunakan saat ia menuju masjid kampus untuk sholat.
Meskipun awalnya membenci Faris, pria tulus dan religius itu akhirnya menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual dan emosional Zoya. Mereka dipertemukan bahkan dipersatukan dalam cara yang indah meskipun dihadapkan pada ujian iman.
Dengan dukungan teman-temannya, Zoya belajar membuka hati dan menemukan keberanian untuk menerima cinta sejati. Namun proses ini tetap penuh tantangan, terutama karena trauma masa lalunya.
Konflik semakin rumit ketika Cleopatra, mahasiswi cantik dan energik, mengagumi Faris dan menyimpan perasaan padanya. Cinta segitiga pun muncul di antara mereka.
Film ini mengajarkan bahwa cinta bukan sekadar rasa, tetapi juga keikhlasan dalam menjaga kesucian dan maknanya. Ada cinta yang hadir bukan untuk dimiliki, melainkan untuk mengajarkan makna ikhlas, mencintai tanpa berharap, berdoa tanpa pamrih, dan memahami tanpa memaksakan kehendak — sebagaimana dilansir dari unggahan Instagram TAK KENAL MAKA TAARUF. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




