
MALANG POST – Monitoring jembatan perlu dilakukan minimal satu tahun sekali. Bahkan aturan itu berlaku untuk seluruh tipe jembatan.
Monitoring bisa dilakukan dengan prioritas memastikan pondasi jembatan dalam keadaan baik. Sedangkan rekomendasi untuk pengecekan jembatan, dilakukan saat musim kemarau. Karena
air dalam kondisi surut, sehingga bagian pondasi bisa terlihat dengan jelas.
Penegasan itu disampaikan Kepala Laboratorium Kebencanaan Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Ir. Sugeng Prayitno Budio, MS., IPU., saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Senin (13/10/2025).
“Karena setiap infrastruktur yang ada, ketika akan rusak maka menunjukkan tanda-tandanya lebih dulu.”
“Maka dari itu, penting sekali monitoring untuk memastikan seluruh infrastruktur dalam keadaan aman dan nyaman. Karena terkadang kerusakan kecil dianggap sepele, sehingga ketika cukup lama dibiarkan akan jadi lebih parah,” jelasnya.
Kata Sugeng, jembatan di Kota Malang banyak sekali jenisnya. Salah satunya seperti di Jembatan Soekarno Hatta, yang tergolong jembatan rangka.
“Dulu sempat ada penelitian sebagai pengabdian masyarakat. Hasilnya memang jembatan ini terjadi penurunan kekuatan.”
“Kemudian dari Pemkot Malang meresponnya, dengan menambahkan baja di kanan dan kiri jembatan,” jelasnya.
Khusus untuk jembatan Soekarno Hatta, kata Sugeng, karena umurnya sudah lama, disarankan ada pembatasan beban yang melintas. Jadi untuk truk dan bus, sebaiknya dilarang melintas disana.
Masyarakat sendiri, tambahnya, juga harus ikut peduli. Seperti dengan tidak membuang sampah dari atas jembatan. Karena ada beberapa sampah yang justru tersangkut di jembatan.
“Begitu juga di aliran sungainya, perlu dijaga supaya tidak ada material besar seperti kayu yang terbawa arus, agar tidak merusak jembatan,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Dito Arief Nurakhmadi, mendorong Pemkot Malang memiliki database jalan dan jembatan yang jelas untuk klasifikasi.
Mulai dari golongan jenisnya sampai kondisinya. Dengan begitu, ada skala prioritas perbaikan. Agar kejadian seperti Jembatan Sonokembang Pandanwangi, bisa diantisipasi.
“Dugaan awal ambrolnya pondasi Jembatan Sonokembang, akibat cuaca hujan deras dan angin kencang membawa material kayu. Sampai akhirnya menabrak bagian pondasi jembatan Sonokembang dan akhirnya ambrol,” jelas Dito.
Pihaknya juga menyebut, sesuai aturan seharusnya 40 persen dari APBD masuk ke infrastruktur. Meski untuk sampai di target tersebut, jadi tantangan tersendiri. Mengingat masih ada beberapa hal prioritas yang juga harus di support.
“Ini bukan persoalan wilayah Kota Malang saja, tapi juga banyak daerah lainnya.”
“Karena itu, di tengah keterbatasan anggaran ini, kami upayakan dengan mendorong Pemkot Malang siapkan dana insidentil untuk kebutuhan sewaktu waktu.”
“Sehingga ketika ada hal yang perlu diperbaiki secepatnya, seperti Jembatan Sonokembang Pandanwangi, bisa segera dilakukan,” demikian sebut Dito. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)