
MALANG POST – Revitalisasi Alun-alun Merdeka di Kota Malang, ditargetkan selesai pada Januari 2026. Setelah dimulai pada September 2025, dengan anggaran Rp5 miliar dari dana tanggung jawab sosial (CSR) Bank Jatim.
Plh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Gamaliel Raymond Hatigoran, menyampaikan hal tersebut, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (10/10/2025).
Raymond menyampaikan, revitalisasi mencakup beberapa komponen utama. Seperti renovasi air mancur yang diubah dari bentuk kolam menjadi datar.
“Selain itu, peralatan permainan di dua Playground akan diperbarui dan melengkapi dua toilet dengan ruang laktasi,” katanya.
Pihaknya juga akan tetap mempertahankan elemen historis. Seperti lampu-lampu bergaya kolonial sesuai sara pemerhati budaya.
Dalam proses revitalisasi Alun-alun Merdeka tersebut, Raymond mengaku sudah melibatkan partisipasi masyarakat secara ekstensif, lewat konsultasi publik yang partisipatif.
Dari aspek pelestarian budaya, Raymond menegaskan, tidak akan ada perubahan signifikan pada struktur historis Alun-alun Merdeka.
“Karena revitalisasi lebih fokus pada perbaikan fasilitas publik, daripada perubahan struktural. Termasuk penambahan ruang laktasi di toilet.”
“Revitalisasi Alun-alun Malang juga menjaga fungsi ekologi sebagai ruang terbuka hijau yang ramah lingkungan,” tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Tata Kota, Ir. Budi Fathony, MTA., menyampaikan, penerapan konsep ‘Adaptive Use’ sangat penting dalam revitalisasi Alun-alun Malang, yang memungkinkan pemberian fungsi baru pada bangunan dan lingkungan bersejarah tanpa menghilangkan nilai historisnya.
“Keberadaan empat kios di ujung Alun-alun Malang tidak boleh dihilangkan, karena merupakan bagian integral dari nilai historis,” sebutnya.
Untuk desain air mancur, ujarnya, bisa dirancang seperti pohon beringin tunggal yang dahulu ada di tengah Alun Alun.
Pendekatan ini dinilai bisa menjaga keseimbangan, antara modernisasi fasilitas dengan pelestarian memori kolektif masyarakat tentang sejarah kawasan. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)