
MALANG POST – Program unggulan Pemkot Batu 1.000 Sarjana ternyata bukan proyek kecil. Anggaran yang dibutuhkan untuk menjaga napas program ini terbilang fantastis. Jika seluruh angkatan sudah berjalan penuh, kebutuhan dana bisa menembus Rp8-9,6 miliar setiap tahun.
Namun untuk tahun pertama ini, beban itu belum terasa berat. Sebab, yang baru dibiayai hanya satu angkatan dengan 200 mahasiswa penerima beasiswa.
Perhitungan sederhananya, rata-rata biaya kuliah atau Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditanggung Pemkot Batu berada di kisaran Rp5-6 juta per semester. Artinya, satu mahasiswa membutuhkan sekitar Rp10-12 juta per tahun, atau Rp40-48 juta hingga lulus jika masa studinya delapan semester.
“Kalau dihitung secara keseluruhan, nanti saat empat angkatan sudah jalan bersamaan, kebutuhan anggaran bisa empat kali lipat dari tahun pertama,” terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu M. Chori, Rabu (8/10/2025).
Chori menjelaskan, dari hasil seleksi administrasi yang diikuti 214 pelamar, terlihat bahwa besaran UKT cukup variatif antar kampus. “Ada yang di bawah Rp5 juta, terutama kampus swasta. Tapi ada juga yang di atas Rp6 juta, terutama PTN,” tambahnya.
Karena itu, Dindik memastikan penyaluran beasiswa dilakukan secara proporsional sesuai kebutuhan riil penerima. Termasuk tambahan uang saku bagi mahasiswa dari keluarga prasejahtera.
Meski pembiayaan dijamin penuh, Dindik Kota Batu menegaskan ada aturan ketat bagi penerima. Jika kedapatan tidak disiplin atau melanggar perjanjian, beasiswa bisa dicabut sewaktu-waktu.
“Kalau sampai molor studi, maka biaya semester berikutnya harus ditanggung sendiri,” tegas Chori.

SAPA PELAJAR: Wali Kota Batu, Nurochman saat menyapa para pelajar di Kota Batu sekaligus mempromosikan program 1.000 Sarjana. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Ia menambahkan, aktivitas akademik mahasiswa akan dipantau langsung oleh Pemkot Batu. Mulai dari progres kuliah, IPK, hingga kehadiran.
“Program ini bukan hanya soal memberi dana, tapi juga membentuk tanggung jawab moral penerimanya,” katanya.
Yang menarik, Pemkot Batu berkomitmen penuh tidak hanya menggunakan APBD untuk program ini. Pendanaan akan turut disokong melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari dunia usaha.
Langkah ini tentu bukan tanpa risiko. Sebab, untuk mengumpulkan dana miliaran rupiah tiap tahun bukan hal mudah. Tapi Wali Kota Batu Nurochman optimistis kebutuhan itu tetap bisa dipenuhi.
“Melihat antusiasme dunia usaha, saya yakin program ini akan berkelanjutan,” ujarnya.
Optimisme itu bukan tanpa alasan. Saat program Seribu Sarjana diluncurkan 2 Mei lalu, Bank Jatim langsung merespons dengan menyumbang Rp500 juta. Tak lama berselang, sumbangan kembali mengalir.
“Beberapa waktu lalu Bank Jatim menambah lagi Rp425 juta. Jadi total dana CSR yang sudah terkumpul sekarang sekitar Rp2 miliar,” ungkap Cak Nur.
Angka tersebut, lanjutnya, sudah cukup untuk menanggung seluruh kebutuhan pendidikan 200 mahasiswa penerima beasiswa angkatan pertama. Ia juga meminta para penerima ikut berperan aktif dalam mempromosikan program ini kepada pihak swasta lainnya.
“Promosi dari penerima manfaat penting, supaya dunia usaha makin percaya bahwa kontribusi mereka tepat sasaran,” imbuhnya.
Dengan sokongan dunia usaha dan semangat belajar penerima, Pemkot Batu berharap mimpi 1.000 Sarjana bukan sekadar slogan. Tapi benar-benar jadi gerakan nyata untuk melahirkan generasi muda Kota Batu yang cerdas, berdaya dan mandiri tanpa membebani APBD. (Ananto Wibowo)