
MALANG POST – Siapa sangka ampas kopi yang kerap dianggap sampah ternyata bisa menjadi pewarna alami batik bernilai seni tinggi? Inovasi ramah lingkungan ini dihadirkan oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Malang (UM).
Kegiatannya bertajuk, Turning Coffee Waste into Batik Dye: Mengajarkan Kreativitas dan Nilai Ekonomi kepada Generasi Muda SMA Melalui Pembelajaran Berkelanjutan di MA Annur Bululawang.
Kegiatan yang digelar pada Sabtu (4/10/2025) ini dipimpin oleh Agung Wibowo, M.Pd., dosen Pendidikan Biologi UM, selaku ketua tim pengabdian masyarakat. Melalui program ini, UM berupaya menanamkan nilai keberlanjutan, kreativitas, dan kewirausahaan hijau kepada siswa SMA.
Peserta utama kegiatan ialah siswa kelas 12 yang diajak memahami potensi ekonomi dari limbah organik, khususnya limbah kopi yang melimpah di masyarakat.
Para siswa mendapatkan pelatihan komprehensif. Mulai dari pengenalan konsep eco-batik, pembuatan pewarna alami dari ampas kopi, hingga praktik langsung membatik menggunakan bahan ramah lingkungan.

Para siswa mendapatkan pelatihan komprehensif mulai dari pengenalan konsep eco-batik, pembuatan pewarna alami dari ampas kopi, hingga praktik langsung membatik. (Foto: Istimewa)
Ampas kopi yang telah dikeringkan dan direbus dengan fiksator alami menghasilkan warna cokelat khas yang memberi nuansa hangat dan estetik pada kain batik.
Agung Wibowo menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi pendidikan berkelanjutan yang memadukan sains, seni, dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa sisa bahan alam seperti ampas kopi memiliki potensi besar jika diolah dengan kreativitas dan pengetahuan ilmiah,” ujarnya.
Muhammad Sukarno Putra, guru Biologi MA Annur Bululawang, menambahkan bahwa kegiatan ini juga menanamkan nilai tanggung jawab ekologis kepada siswa.
“Kami ingin mereka sadar bahwa kreativitas bisa muncul dari hal sederhana di sekitar. Limbah pun bisa jadi sumber ekonomi baru,” katanya.
Salah satu peserta, Raisa, mengaku terinspirasi setelah mengikuti pelatihan ini.
“Awalnya saya tidak menyangka ampas kopi bisa jadi pewarna batik. Warnanya unik dan baunya khas. Kami jadi sadar kalau menjaga lingkungan bisa dilakukan lewat hal kreatif,” ujarnya dengan semangat.
Hasil karya siswa rencananya akan dipamerkan di sekolah dan dijadikan inspirasi proyek kewirausahaan hijau. Melalui inovasi ini, generasi muda tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga menjadi agen perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)