Rektor UIN Malang, Prof. Ilfi, bersama Warek 1, 2, 3 dan Warek 4 saat menerima para pimpinan media di Ruang Rektor, Selasa (6/10/2025). (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo yang merenggut nyawa banyak santri, menjadi perhatian banyak pihak. Tak terkecuali Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.
Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si. bersama para wakil rektor (Warek) menegaskan, bahwa kampusnya berkomitmen bersinergi, memberi support dan empati untuk ponpes yang sedang berduka itu. Bentuknya , berupa pendampingan, yaitu mulai dari manajemen konstruksi, psikologi dan eco-pesantren.
Selain itu, menurut Rektor Ilfi, UIN Malang juga berkomitmen untuk memberikan golden ticket sebagai mahasiswa baru (maba) bagi para korban tragedi Ponpes Al Khoziny.
“Untuk Al Khoziny, kami sudah datang memberikan bantuan moral bersama Menteri Agama pada Selasa lalu. Ke depan, kami juga akan turun langsung memberikan pendampingan, mulai manajemen konstruksi, trauma healing bagi para santri, hingga penguatan eco-pesantren” ungkap Prof. Ilfi ketika Sarasehan dengan para pimpinan media di Malang, Senin (6/10/2025).
Menurut Ning Ilfi, sapaan akrabnya, tragedi di Al Khoziny menjadi keprihatinan tidak hanya bagi masyarakat Sidoarjo, tetapi juga bagi dunia pendidikan Islam, pesantren khususnya.
“Sebagai bentuk dukungan jangka panjang, nantinya kami akan menambah kuota golden ticket khusus untuk para korban tragedi Al-Khoziny di Buduran agar bisa melanjutkan studi di UIN Malang ,” kata Ning Ilfi.
Kunjungannya ke Ponpes Al Khoziny itu dilakukan bersama Menteri Agama RI Dr. Nasaruddin, jajaran Kanwil Kemenag Jawa Timur dan jajaran pimpinan UIN Malang. Rombongan diterima langsung oleh pengasuh pondok, yang menyampaikan kondisi terkini pasca-tragedi.
Ning Ilfi menuturkan, tragedi itu menjadi momentum refleksi bagi perguruan tinggi Islam untuk lebih hadir di tengah pesantren. “Selama ini kita banyak berbicara tentang sinergi pesantren dan perguruan tinggi. Maka, saat seperti inilah UIN Malang harus benar-benar hadir. Kami tidak hanya memberi bantuan, tetapi juga solusi,” jelas Ning Ilfi.

Prof, Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si, Rektor UIN Maliki Malang. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
UIN Malang, kata Ning Ilfi, telah menyiapkan tiga langkah strategis dalam pendampingan pesantren ke depan. Pertama, pendampingan manajemen konstruksi agar pembangunan pesantren lebih aman dan ramah lingkungan.
Kedua, trauma healing dan konseling psikologis bagi para santri dan pengasuh untuk memulihkan kesehatan mental mereka. Ketiga, penguatan konsep eco-pesantren. Yaitu, upaya mewujudkan pesantren yang hijau, sehat, dan berkelanjutan.
“Kami punya Fakultas Teknik, dengan program studi teknik sipil, arsitektur, dan lingkungan. Mahasiswa kami yang sudah masuk tahap kerja lapangan bisa diterjunkan langsung ke pesantren untuk membantu perencanaan dan pembangunan fasilitas yang aman. Dosen pun akan ikut mendampingi,” paparnya.
Rektor perempuan pertama UIN Malang itu juga menegaskan bahwa kampusnya siap bersinergi dengan pesantren lain secara berkelanjutan. “Pesantren adalah lembaga pendidikan yang sangat mandiri, yang hidup dari keikhlasan para kiai dan santrinya. Maka kami merasa perlu hadir, memberi dukungan akademik, teknis, dan moral,” tutur Prof. Ilfi.
Menurutnya, program golden ticket ini bukan sekadar penghargaan. Tetapi wujud nyata keberpihakan UIN Malang terhadap pendidikan Islam berbasis pesantren. “Kami ingin memastikan bahwa para santri yang kehilangan kesempatan belajar karena tragedi tidak kehilangan harapan untuk masa depan mereka,” ucap Ning Ilfi.
Kemungkinan kerjasama UIN Malang dengan pemerintah daerah terkait pelaksanaan sertifikasi layak fungsi (SLF) untuk bangunan-bangunan pesantren, Ning Ilfi menyatakan bisa saja itu dilakukan. “Saat ini kami memang belum punya laboratorium uji forensik untuk bangunan. Itu baru ada pada 2026. Untuk itu, kita bisa saja untuk bekerjasama dengan semua pihak, termasuk dengan pemda,” katanya.
Tentang golden ticket melanjutkan studi di UIN Malang sebenarnya program ini telah berjalan. Tetapi ke depan kuotanya bisa bertambah. Karena, santri berprestasi di pesantren ternyata bukan saja dari sisi akademik, tetapi banyak. Ada yang hafidz dan hafidzah, dan lainnya.(*/Eka Nurcahyo)




