
INFLASI TERKENDALI: Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada September 2025 mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Sedangkan Agustus 2025, mencatatkan deflasi sebesar 0,07 persen (mtm).
Dengan capaian tersebut, Kota Malang mengalami inflasi tahunan sebesar 2,67 persen (yoy).
Pendorong utamanya terjadinya inflasi IHK pada September, karena adanya kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau. Andil inflasinya sebesar 0,20 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina dalam rilisnya yang diterima Malang Post, menjelaskan, didasarkan pada penyebab terjadinya inflasi di Kota Malang, karena didorong kenaikan harga komoditas daging ayam ras, emas perhiasan, beras, sigaret kretek mesin (SKM) dan jeruk.
“Masing-masing dengan andil sebesar 0,15 persen, 0,13 persen, 0,03 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen (mtm),” jelas Febrina.
Kenaikan harga daging ayam ras, rincinya, disebabkan oleh berkurangnya pasokan dan stok di tingkat pedagang eceran, seiring dengan penurunan produksi unggas di tingkat petenak.
Di sisi lain, peningkatan harga emas perhiasan terjadi seiring dengan kenaikan harga emas global pada September 2025.
Sementara kenaikan harga beras disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari produsen beras khususnya beras premium ke pengecer beras.
“Inflasi yang lebih tinggi, tertahan oleh beberapa komoditas yang mencatatkan deflasi. Yakni bawang merah, tomat, terong, bawang putih dan sawi putih/pecay/pitsai.”
“Adapun andil deflasi masing-masing komoditas tersebut adalah -0,08 persen, -0,02 persen, -0,01 persen, dan -0,01 persen (mtm). Penurunan harga komoditas tersebut, seiring dengan meningkatnya pasokan dan hasil panen,” sebut alumni UGM Yogyakarta ini.
Sekalipun tekanan inflasi di Kota Malang meningkat, tetapi karena adanya koordinasi yang solid yang dilakukan TPID, menjadikan inflasi itu masih terkendali dalam rentang sasaran 2,5 + 1 persen (yoy).
“Beberapa hal yang dilaksanakan seperti Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak, pemantauan stok beras SPHP, pemantauan harga bahan pangan pokok selama September 2025 dan beberapa hal lainnya,” tandasnya.
Kota Probolinggo Juga Masih Terkendali
Sementara itu, untuk Kota Probolinggi, pada September 2025 ini juga mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm), meningkat dari Agustus yang mencatatkan deflasi 0,10 persen (mtm).
Namun secara tahunan, dengan inflasi di Kota Probolinggo sebesar 2,59 persen (yoy), masih dalam rentang sasaran inflasi sebesar 2,5 + 1 persen.
Hanya saja di Kota Probolinggi yang mendorong terjadinya Inflasi adalah kenaikan harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan andil inflasi sebesar 0,15 persen (mtm).
“Kalau dari sisi komoditas, kenaikan inflasi didorong kenaikan harga komoditas daging ayam ras, emas perhiasan, sigaret kretek mesin, dan ikan kembung/gembung/banyar/gembolo/aso-aso. Andilnya 0,17 persen, 0,14 persen, 0,01 persen dan 0,01 persen (mtm),” ujar Febrina.
Ibu dua anak ini lantas merinci, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan dan stok di tingkat pedagang eceran seiring dengan penurunan produksi unggas di tingkat petenak.
Di sisi lain, peningkatan harga emas perhiasan terjadi seiring dengan kenaikan harga emas global pada September 2025. Sementara kenaikan harga Sigaret Kretek Mesin (SKM) seiring penyesuaian Harga Jual Eceran (HJE).
“Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga komoditas bawang merah, beras, tomat, cabai rawit, dan terong, dengan andil deflasi masing-masing komoditas tersebut sebesar -0,07 persen, -0,02 persen, -0,02 persen, -0,01 persen dan -0,01 persen (mtm),” tegasnya.
Penurunan harga pada komoditas hortikultura (a.l. bawang merah, tomat, cabai rawit dan terong) turut didorong oleh meningkatnya pasokan, sejalan dengan panen yang sedang berlangsung dan terjaganya pasokan persediaan.
Sementara penurunan harga beras terjadi seiring dengan mulai stabilnya pasokan beras ke pedagang pengecer yang didukung oleh pasokan beras SPHP.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/Ra Indrata)