MALANG POST – Revitalisasi taman median Jalan Sultan Agung, Kota Batu, kembali jadi sorotan. Bukan karena indahnya konsep taman atau gagahnya ornamen baru, melainkan karena kondisi patung apel raksasa yang catnya sudah mengelupas. Padahal, patung itu belum genap sebulan berdiri.
Fenomena ini sontak jadi buah bibir di media sosial. Akun Instagram @skyscrapercity_kotabatu mengunggah foto patung apel hijau stabilo yang kini tampak belang-belang, dengan cat yang ngelotok hingga memperlihatkan warna dasar putihnya.
“Belum 1 bulan tapi warna catnya sudah terkelupas, gmn menurut kalian???,” tulis keterangan unggahan itu.
Komentar netizen pun langsung banjir. Ada yang nyeletuk satir, ada juga yang menumpahkan rasa malu sekaligus kesal.
“Lawak-lawak wkwkwk. Iki kota wisata Batu opo kota wisata bati??,” tulis akun @mau.
“Plis lah ojo isin-isin. Aku mben mulih Mbatu liwat kunu loh. Yo mosok driverku ngomong ‘kok patung apelnya jelek gitu pak catnya,’” sindir akun lain @rad.
Bahkan ada yang menyebut bahan catnya murahan. “Mosok gawe cat kiloan sing ndek plastik iku,” tulis @ami.
Tidak berhenti di medsos, keluhan juga terdengar langsung dari warga. M. Sholeh, pengendara motor yang setiap hari lewat Jalan Sultan Agung, mengaku prihatin.
“Kalau nggak salah itu baru dibuat, tapi kok sudah ngelontok catnya. Pasti catnya murah atau memang tukangnya kerja asal,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).

MENGELUPAS: Kondisi Patung Apel di Jalan Sultan Agung yang mengelupas catnya, padahal belum sebulan selesai dibangun. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dari pantauan di lapangan, kondisi patung apel memang cukup mengenaskan. Bagian cat hijau menyala sudah banyak yang hilang, berganti warna putih polos. Di lokasi, tampak sejumlah pekerja berusaha memperbaiki dengan mengecat ulang bagian yang rusak.
Namun, bagi sebagian warga, persoalan bukan hanya soal cat. Mereka mempertanyakan esensi pembangunan patung itu.
“Sekarang dirombak ada apel besar, ada gunung-gunung, ada patung petani. Malah jadi makin rame dan kelihatan kurang bagus. Mending kayak dulu saja, taman sederhana tapi asri,” kata Sholeh.
Nada serupa datang dari Udin, warga Junrejo. Ia menilai desain patung apel bertuliskan Jendela Mbatu Sae tidak estetik.
“Seharusnya Batu sebagai Kota Wisata bisa memberi karya yang benar-benar mencerminkan keunggulan. Kalau baru sebentar catnya sudah ngelupas, ya jadinya memalukan,” katanya.
Revitalisasi taman median Jalan Sultan Agung memang jadi salah satu program Pemkot Batu yang belakangan gencar dilakukan. Patung apel raksasa di depan Koramil Batu itu diketahui dibangun melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Sayangnya, alih-alih mempercantik wajah kota, keberadaannya justru menuai kritik.
Kini publik menunggu tindak lanjut pemerintah. Apakah sekadar tambal sulam, atau benar-benar evaluasi menyeluruh soal kualitas proyek yang mengatasnamakan wajah Kota Wisata itu. (Ananto Wibowo)




