
Universitas Brawijaya kenalkan wayang kulit ke Sabah Malaysia. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Tim Globalizing Universitas Brawijaya (UB) mempromosikan karakter Brawijayan—kejujuran, integritas, kerja keras, semangat pantang menyerah, dan keberanian—melalui pewayangan Dewa Ruci yang menceritakan perjalanan Bima mencari Tirta Pawitra, air kehidupan.
Sebuah narasi epik yang membumikan nilai-nilai kebangsaan di kancah internasional. Ketua Pelaksana Abdul Aziz Jaziri, S.Pi., M.Sc. menegaskan makna strategis kegiatan ini: menjembatani UB dengan publik global lewat budaya Nusantara.
“Pagelaran wayang ini adalah momentum emas untuk memperkenalkan Universitas Brawijaya ke Sekolah Indonesia Kota Kinabalu dan segenap masyarakat sekitar. Lebih dari sekadar hiburan, ini jadi pintu promosi UB ke panggung internasional,” katanya.
Wakil Ketua Panitia Dr. Fuad, S.Pi., M.T. menjelaskan pemilihan Sabah sebagai lokasi didasarkan pada ekosistem kemitraan UB di wilayah tersebut.
“Di Sabah terdapat Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), yang mayoritas siswanya adalah anak-anak pekerja migran Indonesia, serta Universiti Malaysia Sabah sebagai mitra strategis. Kami mengundang enam sekolah SMA dan SMK sekitar Kota Kinabalu dengan harapan siswanya melanjutkan studi di UB.”
“Nilai-nilai Brawijayan kami integrasikan dalam kisah Bima yang mencari Tirta Pawitra. Wayang ini bukan sekadar hiburan, melainkan tuntunan bagi pelajar,” paparnya.
Rangkaian acara meliputi: Workshop budaya tentang filosofi wayang dan Karakter Brawijayan; Pagelaran wayang kulit berdurasi sekitar satu jam dengan narasi interaktif yang mudah dipahami lintas usia;
Sesi diskusi tanya jawab bersama pelajar; Inisiasi agenda Festival Anak Indonesia, dirancang menjadi agenda tahunan di sekolah-sekolah Indonesia luar negeri untuk memperkuat identitas kebangsaan pelajar.
Pelajar dan masyarakat Indonesia di Sabah menyambut hangat kegiatan ini. Dr. Fuad menegaskan bahwa kehadiran UB membuat mereka merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Sementara itu, Universiti Malaysia Sabah menyatakan minat kolaborasi untuk tahun depan dengan konsep gabungan 50% budaya Indonesia dan 50% budaya Malaysia. Langkah ini dipandang sebagai strategi diplomasi budaya yang mempererat persaudaraan serumpun.
Bagi UB, pagelaran ini adalah bagian dari inisiatif Globalizing Universitas Brawijaya (GUB). Melalui budaya, UB menata posisinya sebagai perguruan tinggi bereputasi internasional sekaligus memperkenalkan nilai-nilai Brawijayan kepada publik global.
“UB ingin hadir tidak hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai agen diplomasi budaya di kancah global,” tegas Abdul Aziz.
Aziz berharap inisiatif serupa tidak berhenti di sini, melainkan menjadi agenda rutin yang menjaga hubungan UB dengan masyarakat internasional sambil memperkuat rasa kebangsaan pelajar Indonesia di mancanegara.
“Dengan cara ini, UB hadir bukan hanya di kelas, tetapi juga di hati masyarakat,” tambahnya.
Pagelaran wayang kulit dengan lakon Dewa Ruci digelar di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia, pada Kamis (26/9/2025). Acara dihadiri sekitar 600 peserta: pelajar SIKK, diaspora Indonesia di Sabah, komunitas Jawa, sekolah mitra, staf KJRI Kota Kinabalu, serta sivitas akademika UB.
Dengan dukungan KJRI Kota Kinabalu, SIKK, diaspora Indonesia, serta komunitas lokal, pagelaran ini diharapkan menjadi pijakan awal lahirnya jejaring Festival Anak Indonesia di Luar Negeri—sebuah momentum yang menegaskan peran UB dalam diplomasi budaya Indonesia dan membangun sinergi antarbangsa melalui warisan Nusantara. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)