
MALANG POST – Pertumbuhan ekonomi di wilayah kerja (Wilker) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang pada Triwulan II – 2025, mencatatkan tren positif sebesar 5,82 persen (YoY). Lebih tinggi dibanding Triwulan sebelumnya yang mencapai 5,00 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga, dengan kontribusi 64,6 persen hingga mencatat pertumbuhan 4,69 persen (YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, memberikan dorongan besar hingga 29,8 persen dan tumbuh signifikan 5,77 persen (YoY), naik tajam dibanding Triwulan sebelumnya 2,43 persen (yoy).
“Dibandingkan 2024, kalau melihat data BPS kemarin, kita tumbuh lumayan cukup tinggi, dibandingkan Jawa Timur maupun nasional.”
“Ini menunjukkan, potensi ekonomi di wilayah Malang Raya, Pasuruan Raya dan Probolinggo Raya, lebih bagus dibandingkan kondisi Jawa Timur secara umum sebagai induknya maupun nasional,” Kata Dedi Prasetyo, Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, di Jakarta, Senin (22/9/2025) kemarin.
Hanya saja, jika merujuk di kawasan Malang Raya, pertumbuhan ekonomi Kota Batu, justru melambat pada Triwulan II-2025 dibandingkan Triwulan I-2025. Disaat Kota Malang dan Kabupaten Malang, tetap mengalami peningkatan.
Pada Triwulan I-2025, pertumbuhan ekonomi Kota Malang dan Kabupaten Malang, diangka 5,07 persen serta 5,02 persen. Naik menjadi 6,37 persen dan 5,96 persen.
Tetapi di Kota Batu, perekonomian justru turun dari 5,02 persen di Triwulan I-2025, ke angka 4,70 persen di Triwulan II-2025. Menjadi yang terendah dari tujuh kota/kabupaten di wilker KPw BI Malang.
Dibandingkan 2024, kalau melihat data BPS kemarin, kita akan tumbuh lumayan cukup tinggi, dibandingkan Jawa Timur maupun nasional, ekonomi di wilayah kerja BI Malang tumbuhnya lebih tinggi.
Ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi di wilayah Malang, Raya, Pasuran, Propolinggo, lebih bagus dibandingkan kondisi Jawa Timur secara umum sebagai induknya maupun nasional. Itu untuk kondisi ekonomi 2025.
Dedi memprediksi, melemahnya pertumbuhan ekonomi untuk Kota Wisata Batu, salah satu penyebabnya karena kebijakan efisiensi yang sempat diberlakukan untuk pemerintah daerah hingga pusat. Membuat sektor industri pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan bisnis, pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran menjadi melambat.
“Mudah-mudahan nanti, untuk tiga bulan ke depan sudah diperbolehkan, harapannya nanti akan mendorong kembali kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Termasuk dari segmen pemerintahan juga akan menaik lagi. Dan itu impact-nya nanti akan pada sektor akomodasi makan minum,” ujar Dedi.

GRAFIK: Deputi Kepala KPw BI Malang, Dedi Prasetyo, saat menyampaikan perkembangan perekonomian terkini di wilayah kerjanya. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Sedangkan dari sektor pertanian, tambahnya, memang kalau tiga bulan sebelumnya siklusnya yang melambat juga dihadapi oleh daerah-daerah lain juga. Namun diprediksi akan kembali membaik di triwulan mendatang.
Disinggung kemungkinan dua pemerintah daerah di Malang Raya, Kota Malang dan Kabupaten Malang, membantu Kota Batu, agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Dedi meminta untuk melakukan cross check kepada pemerintah daerah, terkait dengan penguatan koordinasi dan kerjasama antar Malang Raya.
“Nanti bisa di cross check, sebenarnya menurut kami, mereka mungkin yang lebih bisa tahu kondisinya seperti apa.”
“Tapi kalau itu bisa diwujudkan (dukungan Kota dan Kabupaten Malang), hemat kami itu bisa berdampak banyak untuk bisa membangun satu sama lain,” tandas Dedi Prasetyo.
Tiga pemerintah daerah, tuturnya, bisa saling berbagi perannya masing-masing, saling mendukung satu sama lain.
Misalnya satu hal tidak harus dikerjakan oleh masing-masing. Tapi mungkin akan lebih efektif kalau misalnya dikerjakan salah satu, nanti yang lain akan mendukung. Demikian halnya mungkin yang perlu dilakukan adalah membagi peran masing-masing.
“Untuk pengembangan ini baiknya di wilayah mana, terkait urusan ini di wilayah mana, itu mungkin akan lebih bagus ada pembagian masing-masing. Karena dalam pandangan kami, juga dari sisi geografis ketiganya pun saling berdekatan,” tegasnya.
Sedangkan untuk pertumuhan ekonomi yang terjadi di wilker KPw BI Malang, jelas Dedi, salah satunya disebabkan banyaknya industri yang masuk ke Malang Raya, Probolinggo Raya dan Pasuruan Raya. Kondisi tersebut diperkirakan akan terjadi sampai akhir tahun mendatang.
“Misalnya dengan banyaknya investasi yang masuk di KEK (Kawasan Ekonomi Kreatif) Singosari, maupun perusahaan-perusahaan baru di Pasuruan. Artinya itu menambah kapasitas dan nilai tambah yang dihasilkan dari dua Kawasan Ekonomi Kreatif itu.”
“Di sisi lain, kegiatan terkait dengan pariwisata juga sudah mulai tumbuh lagi sekarang. Jadi mudah-mudahan terus berlanjut hingga akhir tahun nanti,” jawab Dedi.
Secara sektoral, kata Dedi, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor sekunder dan tersier, meski sektor primer mengalami moderasi. Karenanya, untuk Triwulan III-2025, perekonomian Jawa Timur diperkirakan tetap kuat.
Optimisme itu didasari oleh keyakinan konsumen yang masih tinggi, peningkatan penjualan eceran (terutama suku cadang, bahan bakar, perlengkapan rumah tangga, serta barang budaya dan rekreasi), serta menguatnya kinerja manufaktur yang tercermin dari Prompt Manufacturing Index.
Faktor lain yang menopang pertumbuhan adalah meningkatnya impor barang modal, konsumsi semen, impor logam dan perlengkapan sanitasi, serta kinerja kredit modal kerja dan investasi. (Ra Indrata)