
DUEL UDARA: Bayu Setiawan ketika berebut bola dengan Ramon de Souza. Beberapa pelanggaran yang dilakukan pemain Persib, beberapa kali dibiarkan oleh wasit. (Foto: Arema Official)
MALANG POST – Dua kali kalah beruntun di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, pelatih Arema FC, Marcos Vinicius Santos Goncalves, siap bertanggung jawab. Termasuk kegagalan pemainnya dalam mempertahankan poin kandang, juga menjadi tanggung jawabnya sebagai pelatih.
“Kami memang kalah dua kali berturut-turut di (Stadion) Kanjuruhan. Kami benar-benar kasihan kepada Aremania, yang sudah mulai mau datang ke stadion.”
“Tapi semua itu adalah tanggung jawab saya. Termasuk saya bertanggung jawab terhadap semua pemain, yang sore ini (Senin, 22/9/2025) bermain dengan kerja keras, namun belum bisa memberikan kemenangan,” kata Marcos Santos, dalam sesi post match press conference, di Stadion Kanjuruhan.
Sebagai pelatih, tambah Marcos, pihaknya sudah memberikan teguran keras kepada pemainnya. Seperti saat menjamu Bhayangkara FC dan di babak pertama Arema tertinggi 0-1. Di jeda waktu pertandingan, Marcos marah-marah pada pemain, yang membuat pemain bangkit hingga bisa membalikkan keadaan, dengan menang 2-1 di akhir laga.
“Tetapi saat melawan Persib, yang justru mereka bermain dengan 10 pemain dan Arema unggul terlebih dahulu, ternyata di akhir laga Arema justru kalah.”
“Terkandang pertandingan memang seperti itu, sangat sulit ditebak. Saya berharap pemain tidak lagi mengulang kesalahan seperti sore ini, agar tidak mengecewakan Aremania,” tegasnya.
Dalam laga lawan Persib, tambahnya, sebenarnya Johan Ahmat Alfarizie sudah melakukan taktik dan strategi permainan seperti yang sudah dilatih. Bahkan pemain menerapkan pola latihan itu dalam pertandingan dengan sangat keras. Pemain, juga sudah berjuang keras sepanjang pertandingan.
“Sayangnya kita selalu kalah di bola mati. Padahal dalam latihan, bola mati selalu menjadi perhatian. Dan saya selalu marah saat pemain kalah dalam bola mati.”
“Berbagai taktik dan strategi sudah kita latih untuk menghadapi bola-bola mati. Karena tidak jarang hasil pertandingan ditentukan dari bola mati. Seperti sore ini, kita juga kalah karena bola mati,” sebut pelatih asal Brasil ini.
Hanya saja, pelatih 46 tahun ini mengaku kecewa dengan kepemimpinan Wasit Asker Nadjfaliev, yang memimpin laga Arema vs Persib. Penyebabnya, wasit tidak memberikan hadiah penalti, ketika Luiz Gustavo ditarik kaosnya hingga terjatuh di dalam kotak penalti.
Padahal wasit sudah melihat kejadian tersebut lewat review in field pada VAR. Hasil rekaman juga terlihat ada pelanggaran yang dilakukan pemain Persib Bandung. Nyatanya, tetap saja wasit tidak menganggap ada penalti.
“Padahal kalau saja saat itu Arema dapat penalti dan bisa menang 2-1, jelas membuat pertandingan akan berbeda. Dan kami bisa saja bisa mempertahankan poin agar tidak hilang,” tandas pelatih berlisensi Conmebol Pro ini.
Selain itu, dari sisi strategi permainan, Marcos juga mengaku sudah banyak melakukan perubahan, agar bisa menenangkan pertandingan.
Salah satunya dengan memasukkan striker, ketika Persib mulai bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-63. Dedik Setiawan dimasukkan di menit ke-75. Agar bisa menambah kekuatan di lini depan. Sekaligus memperkuat posisi striker Dalberto Luan Belo.
“Tetapi apa yang terjadi, justru ada goll dari tendangan penjuru, yang membuat segalanya hancur. Kami lagi-lagi kalah dari bola mati.”
“Seperti saat latihan, kami selalu belajar dari bola mati dan saya tidak suka jika pemain sampai kalah dalam mengantisipasi bola mati. Nyatanya, di pertandingan kondisi itu masih saja terjadi,” tegasnya.
Defender Arema asal Brasil, Odivan Koerich, juga membenarkan jika di laga yang disaksikan sekitar 5.400 penonton tersebut, seluruh pemain sudah tampil sangat luar biasa.
Di babak pertama, kata Odivan, sebenarnya Arema sudah bermain bagus dan bisa unggul terlebih dahulu dari Persib.
Hanya saja di awal babak kedua, ketika Persib berhasil membalas ketertinggalan dengan golnya di menit ke-63, membuat permainan Arema mulai kacau.
“Gol cepat Persib, membuat Arema mulai tertekan dan sulit. Pemain juga mulai kehilangan fokus, jadi kami harus kembali kerja keras untuk mengembalikan performa seperti babak pertama.”
“Kami memang sempat emosional, ketika berkali-kali kami dilanggar, tetapi tidak ada sanksi untuk pemain lawan. Termasuk saat ada rebutan bola mati dan kami dilanggar, ternyata juga dibiakan saja,” tandasnya. (Ra Indrata)