
MALANG POST – Banjir yang terjadi di Desa Sitiarjo dan Kedungbanteng, Sumbermanjing Wetan, Sabtu (20/9/2025) dini hari pukul 00.30 WIB, terpantau berbeda dari kejadian banjir sebelum sebelumnya.
Karena yang terjadi beberapa waktu kemarin, terjadi begitu cepat dengan waktu kurang dari 45 menit. Kondisi tersebut mempengaruhi masyarakat menjadi tidak siap menghadapi banjir.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Senin (22/9/2025).
“Kalau melihat dari pergerakan EWS (early warning system) yang diletakkan di Desa Kedung Banteng, tercatat cepat kenaikan statusnya mulai dari waspada, siaga sampai awas,” katanya.
Meski demikian, Sadono melihat masyarakat di sekitar Sumbermanjing Wetan, dinilai sudah sangat bagus soal langkah langkah mitigasi bencana banji.
Masyarakat, tambahnya, juga sudah memiliki tempat evakuasi yang disediakan. Termasuk posisi rumah yang ditempati, sudah dibuat dua lantai.
“Jadi ketika proses evakuasi, biasanya hanya fokus pada golongan orang yang perlu pertolongan, seperti ibu hamil dan lansia,” tambahnya.
Sadono menambahkan, untuk kejadian banjir yang baru saja terjadi, khususnya di daerah Rowotrate masih tergolong normal. Meskipun sempat masuk ke rumah warga.
Sementara itu dari kacamata Kepala Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya, Prof Adi Susilo, kondisi banjir yang terjadi berulang di Kabupaten Malang, salah satunya desa Rowotrate Sumbermanjing Wetan, maka perlu dicek dengan baik, bagaimana kondisi daerah atas.
“Karena kalau melihat termuan BPBD Kabupaten Malang ketika terjadi banjir disertai material bawaan berupa pohon kopi dan pisang, maka bisa jadi alih fungsi daerah atas yang sudah jadi lahan pertanian.”
“Sehingga hutan dengan pohon-pohon yang seharusnya memiliki fungsi bisa mengikat air kedalam tanah tidak ada lagi,” tambahnya.
Prof Adi juga menyebut erosi akan mudah terjadi , ketika tidak ada tumbuhan pengikat yang bisa membantu meminimalisasi banjir.
Sedangkan anggota Komisi 3 DPRD Kabupaten Malang, Abdul Qodir, justru melihat dari tahun ke tahun kondisi banjir yang terjadi di Kabupaten Malang di titik yang selalu sama. Bahkan jarak terjadinya banjir semakin rapat.
Abdul menjelaskan, harusnya di tengah kondisi teknologi yang semakin canggih ini, persoalan banjir bisa terselesaikan.
“Perlu duduk bersama dengan beberapa pihak untuk menemukan solusi tepatnya,” tandasnya. (Wulan Indriani/Ra Indrata)