
Nayaka Budhidharma, saat berlaga di Singapore. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Nayaka Budhidharma, mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), mengharumkan nama bangsa lewat cabang olahraga catur. Ia telah menorehkan lebih dari 25 prestasi di bidang catur, baik di kancah nasional maupun internasional.
Terbaru, ia berhasil meraih: Juara 1 Catur Blitz pada ajang Asian Junior Chess Championship 2025 di Colombo, Sri Lanka; Juara 1 Catur Cepat Makruk, ASEAN, dan FIDE, mewakili Indonesia di Penang menuju SEA Games 2025 di Thailand; Juara 2 Singapore International Open 2024.
Kecintaan Nayaka pada catur berawal sejak kecil. Ia terbiasa melihat ayahnya mengajar catur dan kakak-kakaknya berlatih. Rasa penasaran itu membuatnya belajar sendiri secara diam-diam.
“Awalnya saya tidak mau diajari ayah, tetapi lama-lama mulai tertarik dan akhirnya dibimbing langsung. Dari situ, prestasi pertama saya lahir di Kejurnas Jakarta 2013, saat usia tujuh tahun berhasil meraih emas,” ujarnya.
Perjalanan panjang membawa Nayaka menembus berbagai ajang nasional dan internasional. Tantangan terbesar, menurutnya, justru terletak pada bagaimana menjaga mood dan kondisi fisik agar tetap stabil. Kekalahan pun menjadi bagian dari proses yang harus diterima untuk bisa bangkit dan berkembang.
Salah satu pengalaman paling berkesan dan tersulit baginya adalah Asian Junior 2025. Sebagai event resmi tingkat Asia, kompetisi ini mempertemukan wakil terbaik dari berbagai negara. Namun, dengan kegigihan dan konsistensi, ia berhasil meraih Juara 1 pada kategori Catur Blitz.
Di sisi lain, meski catur kerap dianggap rumit dan kurang menarik, bagi Nayaka justru kerumitannya itulah yang membuatnya penasaran. Menurutnya, yang menantang adalah bagaimana memecahkannya.

Nayaka Budhidharma bersama dengan ibunya saat turun di PON XXI Aceh Sumut 2024. (Foto: Istimewa)
“Setiap langkah butuh kalkulasi tepat, stabilitas emosional, kesabaran, juga ketahanan mental dan fisik. Ibaratnya, one step determines your future,” tutur Nayaka.
Salah satu tokoh yang menginspirasi Nayaka adalah Grandmaster Garry Kasparov dari Rusia. Dari sosok tersebut ia belajar kerja keras dan keberanian menghadapi siapa pun.
Semangat itu pula yang membuat Nayaka konsisten berlatih hingga berhasil meraih gelar International Master (IM) pada Juli 2024, sebuah gelar yang paling berkesan sepanjang kariernya dan menjadi pemacu untuk meraih tingkatan lebih tinggi.
Selain aktif dalam turnamen catur, Nayaka juga tetap memperhatikan nilai akademiknya. Ia membagi waktu dengan menerapkan skala prioritas. Tidak lupa di sela-sela waktu, Nayaka juga melakukan hobi membaca buku, olahraga, dan menonton film.
“Ikuti banyak kejuaraan untuk menambah jam terbang. Jangan lupa juga banyak berdoa dan berbuat baik, seperti pesan ibu saya,” pesannya.
Di balik deretan prestasi tersebut, dukungan keluarga menjadi kunci penting. Ibunda Nayaka, Lilis Erfianti, menyampaikan bahwa sejak kecil keluarga selalu berusaha hadir memberi doa, motivasi, dan semangat. Sebab, menyelaraskan catur dengan akademik bukanlah hal mudah, terutama ketika Nayaka masuk Pelatnas dan harus jauh dari rumah.
“Kami selalu berusaha hadir saat Nayaka merasa lelah, menghiburnya ketika hasil kejuaraan tidak sesuai harapan, memberi candaan di grup keluarga, serta memfasilitasi kebutuhannya agar ia nyaman. Doa terbaik selalu kami panjatkan, semoga ia sehat, selamat, dan berbahagia dalam menjalani prosesnya,” tutup Lilis.(M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)