
MALANG POST – Harga daging ayam ras di Pasar Induk Among Tani, Kota Batu, terus merangkak naik. Rabu (17/9/2025), harganya sudah tembus Rp39 ribu per kilogram. Angka itu jauh di atas harga normal yang biasanya hanya Rp32 ribu.
Lonjakan harga ini membuat pasar sepi pembeli. Salah satu pedagang ayam ras di Pasar Induk Among Tani, Agung Budi mengaku omzetnya turun drastis sejak sepekan terakhir.
“Pasarnya makin sepi. Memang pedagang ayam banyak, tapi yang beli semakin berkurang belakangan ini,” keluh Agung.
Menurutnya, saat harga normal ia bisa menjual hingga 50 ekor ayam potong per hari. Kini, jumlahnya hanya sekitar 30 ekor. Itu pun sebagian besar dibeli pelanggan tetap yang memiliki warung atau rumah makan.
“Mereka tetap beli karena kebutuhan. Warung tetap butuh ayam untuk memenuhi permintaan pelanggan, meskipun harganya naik,” tambahnya.
Agung menduga kenaikan harga dipicu kegagalan panen di tingkat peternak. “Katanya banyak ayam yang mati sebelum panen. Jadi suplai dari kandang berkurang. Kalau dari distributor sudah naik, otomatis harga di pasar juga ikut naik,” jelasnya.
Data dari pedagang menunjukkan, ada sekitar 25 penjual ayam potong di Pasar Induk Among Tani. Semuanya merasakan dampak yang sama penjualan menurun, pembeli menipis, sementara biaya modal semakin tinggi.

SEPI PEMBELI: Salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Induk Among Tani Kota Batu, Agung Budi mengeluhkan sepinya pembeli pasca kenaikan harga daging ayam. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Pedagang tidak tahu sampai kapan harga ini bertahan mahal. Harapan kami, harga bisa kembali normal, supaya pembeli tidak lari,” ujar Agung.
Kenaikan harga daging ayam di Kota Batu kali ini terbilang tidak wajar. Sebab, tidak ada momen besar seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru yang biasanya memicu lonjakan permintaan.
Kondisi ini membuat daya beli masyarakat menurun. Beberapa pembeli bahkan memilih beralih ke lauk lain yang lebih murah. “Saya sering dengar, pembeli bilang lebih baik masak telur atau ikan daripada beli ayam yang mahal,” kata Agung.
Tidak hanya pedagang daging ayam, pelaku usaha kuliner juga ikut terdampak. Rokhman, penjual sate ayam di kawasan Kota Batu mengaku, merasakan langsung dampaknya. Namun, ia memilih tidak menaikkan harga maupun mengurangi porsi sate yang ia jual.
“Sate ayam saya tetap Rp12 ribu per porsi, ukurannya juga tidak saya kecilkan. Yang berubah hanya keuntungan saya. Biasanya bisa untung Rp3 ribu per porsi, sekarang paling Rp1.500,” katanya.
Meski begitu, Rokhman tidak menutup kemungkinan akan melakukan penyesuaian jika harga daging ayam terus melambung. “Kalau harga ayam tidak turun-turun, ya mungkin saya harus memilih, apakah harga dinaikkan atau ukuran sate diperkecil,” ujarnya.
Kini, baik pedagang maupun pembeli hanya bisa berharap pemerintah segera turun tangan. Setidaknya, ada langkah konkret untuk menstabilkan harga agar kebutuhan pokok masyarakat tetap terjangkau. (Ananto Wibowo)