
MALANG POST – Rambut boleh memutih, usia boleh menua. Tapi semangat para petani sepuh di Kota Batu untuk tetap menekuni pertanian tak pernah surut. Jumlahnya tidak sedikit, sekitar 21 ribu orang petani di Kota Batu dan mayoritas adalah kalangan lanjut usia (lansia).
Mereka inilah yang disebut Wali Kota Batu, Nurochman, sebagai tulang punggung ketahanan pangan daerah. “Petani, khususnya kelompok lansia, harus dimuliakan dan didukung. Meski usia di atas 60 tahun, mereka tetap produktif dan sehat,” tutur Cak Nur, Senin (15/9/2025).
Pernyataan itu ia sampaikan saat menghadiri Gerakan Panen Bersama Sayuran Organik di Dusun Kajang, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo. Kegiatan tersebut melibatkan sekitar 150 peserta, terdiri dari petani, lansia, kawitan, dengan dukungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP), Tim Penggerak PKK dan Dinas Sosial Kota Batu.
Suasana panen bersama berlangsung semarak. Deretan sayuran organik hasil budidaya tanpa pestisida dan bahan kimia berbahaya dipetik langsung dari lahan. Mulai dari bawang Brazil, bawang Jepang, Lexus, Xiomar, Pancu, hingga berbagai hortikultura lain.
“Ke depan, tidak hanya sayuran. Bisa ditambah hasil ternak seperti telur agar manfaatnya semakin luas,” tutur Cak Nur.
Menurutnya, kegiatan panen bersama semacam ini akan terus digelar secara berkelanjutan dengan kolaborasi lintas sektor. Tujuannya jelas, membuat para lansia tetap aktif, produktif dan memberi teladan bagi generasi muda.
Cak Nur juga menyinggung soal regenerasi petani. Pemkot Batu, kata dia, sudah menyiapkan program Petani Muda Berjaya Season 2. Rencananya, program itu diluncurkan bertepatan dengan Hari Jadi Kota Batu, Oktober mendatang.

PANEN: Wali Kota Batu, Nurochman saat panen sayuran organik bersama petani lansia di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Ini bentuk regenerasi dari Abang Tani Class. Sekaligus apresiasi bagi generasi muda yang mau melanjutkan perjuangan di bidang pertanian,” ungkapnya.
Dengan dukungan pertanian organik, Pemkot Batu optimistis ketahanan pangan bisa lebih terjaga. Selain itu, peluang bisnis berbasis pangan sehat juga terbuka lebar.
“Petani harus dimuliakan. Tanpa mereka, kita tak bisa menikmati pangan sehat. Dengan pertanian organik, manfaatnya berlipat, untuk kesehatan, lingkungan, sekaligus peluang ekonomi,” katanya.
Sementara itu, Kepala DPKP Kota Batu, Heru Yulianto, memastikan panen bersama tersebut bukanlah acara seremonial belaka. Hal tersebut merupakan wujud nyata kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan sehat.
Heru juga menyoroti fakta bahwa mayoritas petani di Kota Batu adalah lansia. “Menurut WHO dan UU Nomor 13 Tahun 1998, lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Saya sendiri sudah masuk kategori itu, tapi tetap bersemangat. Semoga jadi inspirasi bagi teman-teman lansia lain,” ujar Heru.
Bagi para petani sepuh, kegiatan tersebut bukan sekadar soal hasil panen. Lebih dari itu, bertani membuat mereka tetap sehat, punya kegiatan positif dan menjaga kebersamaan.
Seperti dituturkan Sutarmi (67), salah seorang petani. “Bertani membuat kami tetap sehat dan punya kegiatan positif. Panen bareng seperti ini menambah semangat karena ada kebersamaan,” tutupnya. (Ananto Wibowo)