
MALANG POST – Eks Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir yang lama terbengkalai, bakal punya wajah baru. Pemkot Batu berencana menjadikan bangunan di Jalan Sutan Hasan Halim, Kelurahan Sisir, itu sebagai museum sekaligus galeri seni yang bisa diakses publik.
Kondisi bangunan saat ini cukup memprihatinkan. Gedung yang semula difungsikan sebagai museum sejarah itu tak terawat dengan baik. Beberapa sarana prasarana rusak, usai insiden kebakaran yang melalap sebagian gedung pada Februari 2025 lalu.
“Masih dipakai sanggar, tapi sebatas kegiatan yang tidak membutuhkan aliran listrik,” terang Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Onny Ardianto, Jumat (12/9/2025).
Menurut Onny, banyak pihak yang menyayangkan bangunan bersejarah itu dibiarkan mangkrak. Padahal, Kota Batu punya rekam jejak erat dengan sosok Munir aktivis HAM yang dimakamkan di makam keluarga di Kota Batu setelah wafat pada 2004 silam. Kini, museum khusus Munir memang sudah dipindahkan ke Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Karena itu, Pemkot Batu ingin menghidupkan kembali bangunan tersebut dengan wajah baru. Rencananya, gedung itu bakal direhabilitasi secara menyeluruh. Bahkan ada kemungkinan dibangun ulang, mengingat konstruksi saat ini sudah rusak berat.

GALERI SENI: Kondisi museum dan galeri seni Kota Batu di lokasi eks Museum HAM Munir sebelum terbakar di beberapa sisi gedung. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Harapan kami tempat itu bisa difungsikan sebagai museum dan galeri seni yang bisa dimanfaatkan seniman di Kota Batu,” lanjut Onny.
Wadah itu diharapkan mampu menjawab keterbatasan fasilitas seni di Kota Batu. Selama ini, galeri Raos menjadi satu-satunya ruang publik seni yang aktif, tapi kapasitasnya terbatas. Area parkir pun hanya memanfaatkan bahu jalan sehingga sering menimbulkan kesemrawutan saat ada pameran besar.
Berbeda dengan galeri eks Museum HAM Munir nantinya. Pemkot Batu ingin tempat tersebut tak sekadar jadi ruang pamer karya. Lebih jauh, bakal ada aktivitas lelang seni, workshop kreatif, hingga ruang diskusi yang bisa menghidupkan denyut seni di Kota Batu.
“Pemanfaatannya gratis. Jadi siapa saja bisa memakainya untuk kegiatan kesenian, tidak terbatas hanya pameran. Harapannya lebih hidup,” tegas Onny.
Meski begitu, pihaknya belum bisa memastikan kapan pembangunan mulai digarap. Saat ini, tim masih melakukan kajian untuk menentukan apakah gedung direhabilitasi total atau diganti bangunan baru.
“Yang jelas, kehadiran museum dan galeri baru ini disambut optimistis oleh kalangan seniman. Mereka berharap keberadaan ruang itu bisa jadi rumah besar bersama, tempat berkarya, sekaligus etalase kreativitas khas Kota Batu,” tutupnya. (Ananto Wibowo)