
MALANG POST – Panggung budaya Indonesia di ajang World Expo 2025 Osaka benar-benar pecah. Bukan hanya menampilkan wajah modern Indonesia lewat inovasi dan teknologi, tapi juga memperkenalkan seni tradisi yang jarang tersorot dunia.
Karsa Budaya Nuswantara, kelompok seni asal Kota Batu, sukses bikin pavilion Indonesia sesak pengunjung. Selama lima hari penampilan, 19–23 Agustus 2025, penonton dari berbagai negara berjubel di depan panggung.
Mereka penasaran sekaligus kagum dengan kesenian khas Kota Batu yang dibawakan Karsa Budaya Nuswantara. Mulai jaran kepang, bantengan, hingga sanduk, yang dikemas apik dalam pertunjukan tari dan musik penuh energi.
“Banyak orang luar negeri hanya tahu seni Indonesia itu Bali, Sunda, Jogja, Kalimantan, atau Sumatra. Jarang yang tahu kalau di Kita Batu juga ada kesenian unik yang sudah masuk warisan budaya tak benda,” terang pimpinan sekaligus penata tari dan musik Karsa Budaya Nuswantara, Agus Mardianto
Agus bercerita, perjalanan menuju Osaka tidak instan. Karsa Budaya Nuswantara terpilih setelah melalui proses kurasi ketat. Awalnya diseleksi oleh tim Astra melalui United Tractors.
Kemudian dikurasi ulang oleh Bappenas selaku penanggung jawab Pavilion Indonesia di World Expo 2025. Prosesnya berlangsung Februari lalu dan hasilnya, kelompok seni dari Kota Batu ini lolos mewakili Indonesia.
Tema yang diangkat Agus juga bukan tanpa alasan. Menurutnya, kesenian jaran kepang, bantengan dan sanduk adalah seni akar rumput yang tumbuh kuat di Kota Batu. Namun jarang ada seniman yang berani membawanya ke panggung internasional.

GUNCANG OSAKA: Pelaku seni Kota Batu dari sanggar seni Karsa Budaya Nuswantara berhasil mengguncang Osaka dalam event Osaka World Expo 2025. (Foto: Istimewa)
“Kami ingin memperkenalkan ke dunia, bahwa Kota Batu juga punya warisan budaya yang unik, energik dan penuh filosofi,” imbuhnya.
Hasilnya, tepat sasaran. Lantunan musik tradisi yang dipadukan dengan properti unik dan gerakan tari yang penuh kejutan sukses bikin penonton terpukau.
Setiap kali Karsa Budaya Nuswantara naik panggung, pavilion Indonesia langsung dipadati penonton. Bahkan, menurut laporan tim Bappenas, selama periode penampilan Karsa mulai 19-23 Agustus 2025, jumlah pengunjung pavilion Indonesia tembus 2 juta orang.
“Ini luar biasa. Karsa Budaya Nuswantara berhasil menghadirkan wajah lain Indonesia yang jarang dikenal, tapi ternyata punya daya tarik kuat di mata dunia,” terangnya.
Bagi Agus, capaian ini bukan sekadar soal tampil di panggung internasional. Lebih dari itu, dia ingin kesenian akar rumput di Kota Batu semakin dikenal, dihargai, dan mendapat ruang dalam peta seni budaya global.
“Kami senang, sekaligus bangga. Karena lewat World Expo 2025 ini, kesenian tradisi Batu bisa berdiri sejajar dengan budaya besar dunia lainnya,” sebutnya.
World Expo sendiri merupakan ajang pameran dunia lima tahunan di bawah naungan Bureau International des Expositions (BIE). Ajang ini pertama kali digelar di London tahun 1851.
Untuk edisi 2025 berlangsung mulai 13 April – 13 Oktober, Osaka menjadi tuan rumah dengan tema Designing Future Society for Our Lives. Sebanyak 160 negara dan organisasi internasional ikut serta, termasuk Indonesia yang membawa inovasi, teknologi, sekaligus budaya.
Dari sekian banyak suguhan, Karsa Budaya Nuswantara dari Kota Batu berhasil jadi magnet tersendiri. Membuktikan, bahwa budaya tradisi bukan sekadar warisan, melainkan juga masa depan yang bisa menghubungkan dunia. (Ananto Wibowo)