
MALANG POST – Suasana Lapangan Desa Sumberejo, Minggu (24/8/2025) petang, benar-benar pecah. Ratusan warga tumpah ruah menyaksikan final Liga Desa Sumberejo. Apalagi saat Wali Kota Batu Nurochman, hadir langsung bersama Wakil Wali Kota Heli Suyanto.
Cak Nur, mengapresiasi penuh inisiatif warga yang menggelar turnamen sepak bola tingkat desa. Menurutnya, ajang semacam ini bukan sekadar olahraga, tapi juga jadi ruang kebersamaan dan energi positif bagi pemuda.
“Turnamen ini bukan hanya soal siapa yang juara, tapi juga bagaimana semangat dan keguyuban warga tetap terjaga,” kata Cak Nur.
Hasilnya, Farras FC keluar sebagai jawara. Posisi runner-up ditempati Arkhaz FC. Panitia membagikan tujuh piala untuk kategori juara 1–4, best player tim juara, best player turnamen, hingga top score.
Tak berhenti di situ. Walikota dan Wakilnya juga bikin warga makin girang lewat pembagian 19 doorprize. Tiga unit sepeda jadi hadiah paling ditunggu, disusul aneka hadiah menarik lain.
Ada pula hiburan unik, challenge mengejar ayam di tengah lapangan yang khusus untuk anak-anak. Aksi mereka bikin penonton tertawa lepas. “Hal-hal sederhana seperti ini justru membawa kegembiraan yang luar biasa,” ujarnya.
Pemkot Batu berharap Liga Desa Sumberejo bisa terus berlanjut tiap tahun. “Sehingga olahraga di desa makin hidup, pemuda makin semangat dan persaudaraan warga semakin erat,” ujarnya.
Ajang sepak bola antar dusun ini bukan sekadar pertandingan. Bagi warga Desa Sumberejo, Liga Desa adalah tradisi. Lebih dari itu, jadi kawah candradimuka calon bintang lapangan hijau Kota Batu.

SEMARAK: Penutupan Liga Desa Sumberejo berlangsung semarang, Wali Kota Batu Nurochman bersama Wakil Wali Kota Heli Suyanto hadir langsung. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Ia tak ragu menyebut liga desa ini sebagai bentuk nyata pembinaan olahraga masyarakat dari akar rumput. Dengan memaksimalkan fasilitas olahraga yang sudah ada di lingkungan desa.
“Ini bukan sekadar kompetisi, tapi upaya membangun ekosistem sepak bola dari desa. Kami dari Pemkot Batu akan selalu mendukung,” tutur Cak Nur.
Tak sekadar formalitas, Liga Desa Sumberejo memang beda. Turnamen ini sudah digelar rutin sejak tahun 1985 dan selalu menyita perhatian warga. Meski sempat terhenti karena Covid-19. Saat ini, Liga Desa Sumberejo bergulir dengan format yang makin profesional.
Tahun ini, 15 tim dari berbagai dusun di Sumberejo telah beradu taktik dan strategi. Menariknya, setiap pemain wajib warga asli Sumberejo. Sebuah aturan tidak tertulis yang tetap dijaga demi menjaga nilai kebersamaan dan identitas desa.
Seluruh pertandingan dipimpin wasit resmi dari Askot PSSI Kota Batu. Regulasi ketat juga diterapkan. Penyelenggaraan kompetisi di bawah kendali Badan Liga Sumberejo (BLS), lembaga lokal yang konsisten menjaga keberlangsungan tradisi ini.
Yang unik, panitia penyelenggara liga setiap tahun bergilir dari dusun ke dusun. Supaya semua lingkungan punya andil, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap liga desa ini.
Kepala Desa Sumberejo, Rianto, menyebut Liga Desa sebagai ‘pesta rakyat’ yang paling ditunggu. Liga ini jadi bagian dari rangkaian selamatan desa.
“Setiap tahun selalu jadi acara yang ditunggu. Bukan sekadar tontonan, tapi upaya mempererat kerukunan. Khususnya bagi generasi muda,” jelas Rianto.
Harapannya sederhana, dari kompetisi antar kampung ini, lahir pemain-pemain berbakat yang bisa mengharumkan nama Kota Batu di kancah sepak bola nasional bahkan internasional. (Ananto Wibowo)