
MALANG POST – Dana bantuan untuk sarana produksi pertanian (Saprodi) program revitalisasi apel di Kota Batu mengalami penyusutan tajam. Tahun ini, anggaran yang digelontorkan hanya sebesar Rp359,5 juta, jauh merosot dibandingkan tahun 2024 lalu yang mencapai Rp607,7 juta.
Imbasnya, jumlah penerima bantuan otomatis ikut terpangkas. Jika tahun lalu ada 10 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menikmati guyuran dana, tahun ini hanya tinggal lima Gapoktan saja yang beruntung menerima.
“Menurunnya jumlah anggaran tersebut dipengaruhi d ngantuk adanya efisiensi anggaran” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu, Heru Yulianto, Kamis (7/8/2025).
Kelima Gapoktan tersebut semuanya berada di Kecamatan Bumiaji, sentra utama penghasil apel di Kota Batu. Meski demikian, Heru menegaskan bahwa penerima bantuan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
“Penerimanya kami gilir, supaya semua bisa merasakan manfaatnya secara bergantian,” imbuhnya.
Daftar lima kelompok tani yang menerima bantuan Saprodi tahun ini diantaranya, dari Desa Tulungrejo, ada Kelompok Tani Arjuno 2 yang menerima bantuan senilai Rp65,099 juta, Kelompok Tani Junggo Makmur 01 dan Kelompok Tani Maju Sukses, masing-masing mendapat Rp76,099 juta.
Sementara dari Desa Bulukerto, ada Kelompok Tani Sri Mulyo 02 dengan bantuan Rp66,083 juta dan Kelompok Tani Sri Makmur dengan nilai Rp76,066 juta.
Berbeda dengan tahun lalu, saat 10 Gapoktan dari berbagai desa mendapat suntikan dana revitalisasi apel. Antara lain, Gapoktan Gunung Biru, Makmur Abadi dan Tani Maju 01 dari Desa Tulungrejo. Kemudian Sri Jaya Rekesan Kulon dan Muda Makmur dari Desa Bulukerto.
Selain itu, Gapoktan dari Desa Sumbergondo seperti Mertani 02, Mertani 03 dan Anugerah Tani juga masuk daftar penerima. Tak ketinggalan, Gapoktan Karya Tani dari Desa Punten dan Unggul Abadi dari Desa Bumiaji juga kebagian jatah.
“Nominal bantuannya waktu itu juga bervariasi, mulai dari Rp43,5 juta hingga Rp69,02 juta,” kata Heru.

TEBANG: Salah satu peteni apel di Kota Batu menebang pohon apelnya dan diganti dengan tanaman sayur yang lebih menjanjikan hasilnya. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Namun bukan hanya soal bantuan langsung. Tahun ini, Pemkot Batu juga menyiapkan dana untuk membiayai demplot (demonstration plot), yakni lahan percontohan untuk uji coba teknologi budidaya apel. Di sini, petani bisa melihat langsung bagaimana penerapan teknologi tepat guna dan insektisida hayati dilakukan.
“Harapannya hasil dari demplot bisa diaplikasikan secara kolektif oleh para petani,” katanya.
Tak hanya itu, kerja sama strategis dengan pihak eksternal juga terus dijalin. Salah satunya dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sejak 2022 sudah menjalin kolaborasi penelitian dengan Distan-KP Kota Batu.
Sementara itu, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Distan-KP Kota Batu, Retno Indahwati menambahkan, bahwa riset tersebut fokus pada pengembangan varietas apel baru dan pemetaan lahan potensial untuk budidaya apel ke depan.
“Kerja sama ini terus kami lanjutkan. Tujuannya agar apel Batu tetap punya daya saing dan bisa beradaptasi dengan perubahan iklim,” ujar Retno.
Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkot Batu berharap petani apel tidak hanya sekadar bertahan, tapi juga bisa naik kelas. Meski anggaran turun, spirit untuk membangkitkan kejayaan apel Batu harus terus menyala.