
MALANG POST – Kepala Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional Indonesia (LPKNI), Nanang Nilson menyebut perlunya standarisasi beras di Kota Malang. Sebagai antisipasi masuknya beras oplosan.
Hal itu disampaikan Nanang, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (22/7/2025).
Kata Nanang, perlu ada standarisasi tersebut, juga untuk menentukan kelas beras yang beredar di Kota Malang. Hal ini sebagai upaya antisipasi beras oplosan.
“Termasuk perlu juga ada penandatanganan standarisasi yang dikolaborasikan antara Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan LPKNI. Sehingga pengawasan juga akan lebih maksimal,” jelasnya.
Starndarisasi yang dimaksud, tambah Nanang, adalah terkait klasifikasi kualitas beras. Untuk beras premium yang masuk kelas 1, beras dengan toleransi broken (beras pecah) tidak lebih dari 15 persen.
“Kalau beras toleransi brokennya lebih dari 15 persen masuk kelas 2. Jadi nanti ada stiker yang membedakan, agar masyarakat mudah mengetahuinya,” sebutnya.
Diakuinya, bisnis beras ini cukup menantang. Mengingat dari segi rasa, setiap satu merk beras tidak selalu bisa konsisten. Tapi kalau dari sisi kualitas, harusnya bisa dijaga.
Dicontohkan beras merk Mentari yang diambil dari Tumpang. Ketika pasokan beras sudah habis, maka beras selanjutnya didatangkan dari Ngawi. Sehingga dari segi rasa akan berbeda.
Nanang menambahkan, saat ini yang terpenting soal menjaga kualitas juga. Sehingga standarisasi itu perlu.
Mengingat saat ini masih belum ada standarisasi. Yakni dengan melihat klasifikasi kualitas beras, agar konsumen mudah memilih.
Sementara itu, Kabid Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang, Elfiatur Rokhmah menyampaikan, sejauh ini pihaknya masif melakukan sosialisasi ke pasar tradisional maupun toko ritel. Untuk memastikan tidak ada beras oplosan yang beredar.
“Hal itu kami lakukan sebagai respon adanya beras premium lokal yang tidak mencantumkan nomor izin edar.”
“Padahal ketika ada nomor izin edar, bisa di tracking asal produsennya dan kecocokan isi dengan kualitas seharusnya,” katanya.
Elfi mengingatkan kepada para pedagang untuk lebih cermat lagi. Ketika menemukan beras oplosan untuk tidak diedarkan dan dikoordinasikan ke pihak konsumen untuk ditarik. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)