
SEDEKAH BUMI: Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto saat mengikuti sedekah bumi petani apel di kawasan Dusun Junggo, Desa Tulungrejo. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
MALANG POST – Di tengah hamparan kebun apel kawasan Gimbo Verponding 2204 (lahan bekas tanah Belanda), Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kota Batu ratusan petani berkumpul. Bukan untuk panen. Tapi mereka menggelar tradisi Sedekah Bumi.
Sebuah tradisi lama yang tetap lestari di kalangan petani apel Batu, sebagai wujud rasa syukur sekaligus harapan agar bumi mereka tetap subur. Dalam acara sederhana namun penuh makna itu, hadir pula Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto.
Ia duduk lesehan bersama petani di tengah kebun. Berbaur, bercengkerama, bahkan ikut memegang potongan tumpeng saat doa bersama usai.
Di sela-sela obrolan ringan itu, para petani curhat. Tentang makin beratnya bertahan jadi petani apel di Kota Batu. Tentang pupuk yang makin mahal. Tentang panen yang makin tak pasti. Dan tentang lahan apel yang makin hari makin berkurang.
“Sudah berat mempertahankan apel. Obat mahal, pupuk mahal, panennya sedikit, harganya juga kadang nggak nutup,” keluh salah satu petani yang mulai banting stir ke hortikultura, Dwi.

Data dari Dinas Pertanian Kota Batu seolah mengamini keluhan Dwi. Tiga tahun lalu, lahan apel di Kota Batu tercatat 1.200 hektare. Tahun ini tinggal 1.092 hektare. Artinya, dalam waktu singkat, Kota Batu kehilangan sekitar 100 hektare lahan apel. Banyak petani memilih beralih menanam sayur. Lebih cepat panen, lebih jelas keuntungan.
“Kalau terus begini, lama-lama apel tinggal cerita di Kota Batu,” imbuh Dwi.
Mendengar keluhan tersebut, Wakil Wali Kota Batu tak tinggal diam. Ia menegaskan bahwa sektor pertanian, khususnya apel, tetap menjadi prioritas dalam pemerintahan Nurrochman-Heli.
“Program untuk petani Kota Batu memang sedang berjalan perlahan. Tapi kami tetap fokus. Kami ingin sektor apel tidak punah. Ini ikon kita. Kami akan maksimalkan bantuan, termasuk subsidi pupuk dan pendampingan teknologi pertanian,” jelas Heli.
Heli juga mengajak seluruh elemen masyarakat ikut peduli dan mendukung gerakan penyelamatan apel Kota Batu. Sebab, menurutnya, tanpa dukungan penuh masyarakat, upaya pemerintah tak akan cukup.
Kegiatan Sedekah Bumi ini pun diharapkan menjadi simbol penguatan komitmen antara petani dan pemerintah. Tak sekadar ritual tahunan, melainkan momentum mempererat sinergi demi pertanian apel yang lebih baik.
Meski tak mudah, para petani tetap berharap. Ada asa di tengah kecemasan akan masa depan apel Batu. Pagi itu, di lahan bekas tanah Belanda, harapan-harapan itu kembali ditanam. Bersama doa yang mengiringi potongan tumpeng di kebun Junggo. (Ananto Wibowo)