
MALANG POST – Libur sekolah adalah masa yang paling ditunggu-tunggu bagi siswa. Tapi, bagi sopir angkutan pelajar (Apel) gratis Kota Batu, momen libur sekolah justru jadi musim paceklik.
Mulai 23 Juni lalu, para sopir Apel Gratis tak lagi mengangkut rombongan pelajar menuju sekolah. Bukan karena mogok kerja atau kehabisan solar. Tapi karena tak ada lagi murid yang diantar-jemput. Sekolah libur, Apel Gratsi ikut nganggur.
Ketua Apel Gratis Jalur Batu–Songgoriti, David Ramadhan menyatakan, selama tiga minggu libur sekolah ini, pihaknya harus rela kehilangan penghasilan harian sebesar Rp117 ribu, pendapatan dari layanan Apel Gratis. Jumlah itu sebenarnya juga sudah pas-pasan.
“Kalau dihitung bersih, kami hanya bawa pulang Rp27 ribu per hari dari Apel Gratis,” ujar David, Senin (7/7/2025).
Sednagkan sisanya habis untuk biaya operasional. Mulai dari Rp50 ribu untuk beli bahan bakar dan Rp40 ribu untuk setoran ke pemilik kendaraan. Tidak ada tunjangan, tidak ada cuti, apalagi bonus. Hanya ada semangat dan kesabaran.
Selama libur ini, David dan teman-temannya berusaha mencari alternatif pendapatan lain. Salah satunya, kembali narik angkot umum. Tapi, ini pun seperti menebar jala di sungai dangkal. Sepi penumpang.
“Bisa dapat Rp100 ribu, tapi harus mulai pagi banget sampai malam. Kalau tidak, ya cuma dapat Rp50 ribu. Itupun belum dikurangi bensin dan setoran,” katanya.

SEPI: Kondisi terminal Kota Batu, nampak lebih banyak angkot yang terparkir dibandingkan penumpangnya. (Foto: Ananto Wibowo)
Kondisi angkutan umum di Kota Batu memang sedang megap-megap. Dari sembilan trayek aktif, sebagian besar tak lagi ramai. Banyak kursi kosong sepanjang hari. Masyarakat sudah lebih nyaman naik ojek online atau mengendarai motor pribadi.
Maka, solusi lain yang tersisa bagi David dan kawan-kawan hanyalah berharap ada rombongan wisata yang mau menyewa angkot untuk carteran. Atau acara keluarga. Atau ada tamu hotel yang bingung cari transportasi keliling kota. Itu pun tak pasti.
“Selebihnya ya pasrah. Nunggu sekolah masuk lagi tanggal 14 Juli nanti,” kata David.
Program Apel Gratis sejatinya adalah program mulia dari Pemkot Batu untuk mendukung pendidikan. Membantu siswa dari keluarga biasa agar bisa sampai sekolah tanpa mengeluarkan ongkos. Tapi di balik kemuliaan itu, ada para sopir yang menggantungkan hidupnya dari trayek anak-anak sekolah.
Mereka bukan pegawai kontrak, bukan pula tenaga honorer. Tidak digaji bulanan. Penghasilan harian mereka sepenuhnya bergantung dari roda yang berputar dan kursi yang terisi.
Sekarang, ketika lonceng libur berbunyi, roda itu berhenti. Kursi-kursi itu kosong. Dan sopir Apel Gratis kembali ke realita yang lebih sunyi, menanti waktu masuk sekolah, seperti siswa yang rindu bermain di kelas. (Ananto Wibowo)