
MALANG POST – Porprov IX Jawa Timur sudah berjalan sejak akhir Juni kemarin. Suasana Kota Batu pun cukup ramai. Stadion Brantas, GOR Gajahmada dan venue lainnya penuh dengan atlet dan penonton. Tapi ada satu hal yang justru sepi, penjualan merchandise Porprov.
Ini diungkapkan oleh salah seorang pedagang merchandise Porprov IX Jatim, Roma Setiawan. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala setelah beberapa hari ini berjualan di kawasan GOR Gajahmada.
“Saya mulai jualan sejak 28 Juni. Sampai hari ini baru laku 70 kaos,” katanya, Kamis (3/6/2025).
Kalau melihat lalu lalang orang di area GOR, mulai dari atlet, official, pendukung, bahkan keluarga atlet harusnya peluang beli merchandise banyak. Tapi kenyataannya, kaos tetap tergantung di gantungan. Tak banyak yang mampir.
“Padahal harganya sudah saya turunkan. Jersey saya jual antara Rp70 ribu sampai Rp80 ribu saja,” jelasnya.
Itu sudah termasuk sablon gratis. Mau ditulis nama kontingen, nama atlet, nomor punggung, bahkan pakai emblem Pancasila pun bisa. Bebas, gratis karena sudah termasuk harga.
Selain itu, Roma juga menjual berbagai motif Jersey dengan tulisan Porprov IX Jatim. Tapi tetap saja, peminatnya minim.

SEPI: Salah satu penjual merchandise Porprov di Kota Batu, Roma Setiawan mengaku penjualan merchandise sepi peminat. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Roma ingat betul dua tahun lalu, saat Porprov digelar di Sidoarjo. Di sana ia bisa menjual 200 kaos. “Porprov sebelumnya penjualan cukup tinggi,” imbuhnya.
Roma tak sendiri. Ia bagian dari kelompok penjual merchandise Porprov yang tersebar di berbagai venue. Ada yang berjualan di GOR Ganesa, Stadion Brantas, juga di Lapangan Kusuma Agrowisata.
“Teman-teman yang lain juga bilang sama. Rata-rata masih laku di bawah 100 jersey,” ujarnya.
Menurut Roma, sepinya penjualan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang juga masih lesu. “Mungkin karena faktorekonomi. Banyak yang sekarang pikir dua kali sebelum beli kaos,” ungkapnya.
Sebagian besar pembelinya justru bukan atlet atau ofisial, melainkan penonton umum yang ingin punya kenang-kenangan. Tapi itu pun tidak banyak.
Meski begitu, Roma dan teman-temannya tetap bersyukur. Mereka tetap membuka lapak sejak pagi hingga malam. Tetap menyapa pengunjung dengan senyum.
“Namanya juga usaha. Rezeki kadang dari tempat yang tidak disangka. Bisa saja hari ini sepi, besok ramai,” ujarnya optimistis.
Ia juga masih menyimpan harapan. Siapa tahu, menjelang penutupan Porprov, penjualan akan melonjak. Bisa saja ada official yang ingin pulang bawa oleh-oleh khas Porprov. Atau atlet yang baru sadar belum punya kenangan bentuk kaos dari ajang ini. (Ananto Wibowo)