
MALANG POST – Kasus bullying yang terjadi di Kota Batu, terus dalam pantauan dan monitoring Dinas Pendidikan Kota Batu.
Pantauan dilakukan di sekolah-sekolah, untuk melihat perkembangan kasus bullying yang terjadi. Melalui assessment ke seluruh warga di sekolah.
Penegasan itu disampaikan Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Batu, Daud Andoko, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (3/6/2025).
“Sejauh ini di Kota Batu, masih ada aksi aksi pembullyan itu. Baik antara siswa atau antar guru dengan siswa. Tapi untuk skalanya kecil, sehingga hanya perlu pembinaan saja,” katanya.
Ditambahkan, sejauh ini sekolah-sekolah melalui SK Kepala Sekolah, juga ada tim anti bullying. Dengan anggota guru minimal tiga orang, yang bertugas mencegah dan menangani kasus bullying di lingkup sekolah.
Pemerintah Kota Batu sendiri, ujar Kabid Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (DP3AP2KB) Kota Batu, Amida Yusiana, sampai saat ini terus gencarkan sosialisasi ke sekolah sekolah. Sasarannya anak-anak sampai wali murid, terkait anti bullying.
Amida juga menyampaikan, dalam pengawalan kasus bullying, pihaknya tidak hanya berpihak pada korban anak. Tapi juga pelaku anak, sebagai anak yang berhadapan dengan hukum. Tujuannya untuk memastikan hak-hak anak semua diterima.
“Kami memiliki Pusat Pembelajaran Keluarga atau PUSPAGA, yang biasanya sosialisasi menyasar walimurid. Dilakukan di momen-momen tertentu, seperti ketika menerima raport,” sebutnya.
Dia juga menyebut, ada beberapa kasus anak sampai tidak mau berangkat ke sekolah. Setelah ditelusuri ternyata memang jadi korban. Seringkali ditemui, bullying terjadi antara kakak kelas dengan adik kelas.
Sementara itu, dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Diah Karmiyati menjelaskan, anak-anak sebagai pelaku bullying, dominan karena ada kesalahan pada self esteemnya.
“Dia merasa dirinya tidak dihargai atau memiliki kelebihan yang bisa dibanggakan.”
“Maka dari itu, dengan bullying si anak merasa sebagai kegiatan powerfull yang bisa dibanggakan,” tegasnya.
Edukasi soal anti bullying, kata Diah, tidak cukup ditujukan pada orang tua dan tenaga pendidik. Tapi juga harus masif dilakukan ke anak-anak.
“Anak-anak harus diajari untuk berkata tidak, ketika ada perilaku bullying yang diterima. Tentunya harus dilakukan dengan cara baik baik,” sebutnya.
Karena anak-anak yang terlalu tertutup, tambah Diah, bisa berpotensi menjadi korban bullying. Maka dari itu pemahaman pemahaman asertif perlu dilatih. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)