MALANG POST – Universitas Brawijaya adalah rumah bagi mimpi-mimpi besar yang tidak pernah padam, dedikasi kepada masyarakat, sekaligus pintu kebermanfaatan bagi bangsa.
Ini yang disampaikan oleh Kurnianto Nur Wahid, salah satu wisudawan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, melalui Humas UB, Jumat (11/10/2024).
Kurnianto Nur Wahid adalah wisudawan terbaik yang mewakili Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, dalam prosesi wisuda periode 5 tahun akademik 2024/2025.
Melalui karya ilmiahnya, Kurnianto berhasil menyelesaikan studinya di Universitas Brawijaya dengan IPK 3.92 dalam waktu 3 tahun 7 bulan.
Tidak hanya berkutat dengan akademik, Kurnianto juga aktif sebagai anggota bidang penalaran pada Lembaga Semi Otonom Badan Riset Ilmu Sosial atau BARIS di tahun 2020 hingga 2022.
Ia juga menjadi anggota KitaBersama.id, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial.
Makna kebermanfaatan, bagi Kurnianto adalah dengan eksplorasi sektor budaya dan sejarah melalui walking tour yang menggabungkan aktivitas gerak atau perjalanan dalam intensi pariwisata yang melibatkan pemandu dan peserta wisata.
Bagi Kurnianto, walking tour bukan hanya sekedar berjalan saat wisata.
“Walking tour ini adalah perjalanan atas makna, membentuk nilai, yang akhirnya menjadikan kegiatan ini sebagai sebuah teknologi memori,” jelasnya.
Ketertarikannya terhadap aktivitas walking tour dilandasi dari kurangnya edukasi tentang keragaman budaya di Jakarta.
“Terlebih sekarang ini Jakarta menjadi pusat bisnis dan hiburan. Pola hidup masyarakat berubah menjadi modern. Misalnya budaya k-pop yang masuk, modernisasi teknologi.”
“Itu semakin membuat budaya tradisonal rentan terhadap budaya modern”, terang mahasiswa Departemen Sosiologi ini.
Selain itu, adanya wacana krisis identitas nasional juga menjadi perhatian Kurnianto.
“Saya melihat kepekaan masyarakat terhadap warisan budaya lokal berkurang. Saya berangkat dari hal ini. Setelah muncul narasi yang demikian beberapa waktu, kemudian saya ikut dalam kegiatan walking tour. Ternyata memiliki kebermanfaatan pada sektor budaya utamanya pada kebermanfaatan memori,” imbuhnya.
Walking tour, secara sederhana, merupakan upaya memberikan pengetahuan tentang nilai, pengetahuan kultural dan hakikat akan ruang. Sehingga fungsinya sebagai teknologi atas cara mengingat dan teknologi atas pengetahuan.
“Upaya perjalanan ini didalamnya terdapat pembangunan narasi dan penceritaan yang terus-menerus. Ternyata juga merupakan bentuk konservasi memori. Memori terus dijaga dan tetap dilestarikan sepanjang lintas generasi berjalan,” ujar pria lulusan Juni lalu ini.
Dari penelitiannya tentang walking tour ini, Kurnianto berharap adanya kesadaran nasional Masyarakat yang dapat terbentuk.
“Dari penelitian ini, semoga bisa membantu budaya Indonesia untuk dapat bersaing dengan tren global. Sekaligus meningkatkan aspek kepekaan masyarakat terhadap budaya”, ujarnya. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)