MALANG POST – Terobosan besar terjadi di Desa Jatiguwi. Saat Politeknik Negeri Malang (Polinema), menyerahkan mesin nganjang hasil karya mahasiswa, kepada kelompok tani desa, Rabu (9/10/2024) kemarin.
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat, yang dibiayai oleh APTV DISKSI 2024 Polinema tersebut, sebagai bentuk kontribusi nyata, dalam mendukung kemajuan daerah-daerah yang membutuhkan inovasi teknologi.
Penyerahan berlangsung di rumah Mariyono di Desa Jatiguwi. Dihadiri masyarakat setempat, kelompok karangtaruna, perwakilan kelompok tani, serta sejumlah warga yang antusias mengikuti kegiatan ini.
Dari Polinema turut hadir beberapa dosen pembimbing dan tim mahasiswa, yang terlibat dalam perancangan serta pembuatan mesin tersebut.
Proses perancangan mesin, memakan waktu lebih dari enam bulan. Dikerjakan di Lab. Mekatronika Polinema. Sebelumnya tim Polinema melakukan riset, terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Mesin nganjang ini, adalah mesin untuk menaruh rajangan tembakau ke rigen. Yang merupakan sebuah inovasi teknologi. Dikerjakan oleh tiga mahasiswa skripsi dari Teknik Elektro, dengan dukungan dari dosen pembimbing, yang ahli dalam bidang teknologi tepat guna.
Pelatihan penggunaan mesin nganjang di Desa Jatiguwi. (Foto: Istimewa)
Mesin ini dirancang dengan prinsip sederhana namun efisien. Sehingga mudah digunakan oleh masyarakat, tanpa memerlukan pelatihan khusus yang rumit. Memiliki daya 300 Watt, dengan biaya Rp1.560 ribu selama 4 jam/periode, dengan tiga operator yang dulunya 10 tenaga kerja nganjang.
Dengan mesin ini, proses pemerataan hasil pertanian, seperti tembakau, dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih hemat tenaga, dibandingkan metode manual yang selama ini digunakan.
Apalagi selama ini, masyarakat setempat sulit mendapatkan tenaga kerja nganjang yang muda. Umumnya umur di atas 45 tahun, sehingga ongkos jasanya terbilang mahal.
“Kami melakukan survei langsung ke lapangan, untuk memahami kebutuhan para petani. Banyak dari mereka yang masih mengolah hasil pertanian secara manual, yang memakan waktu lama dan menguras tenaga.”
“Kami ingin menghadirkan solusi berupa mesin yang tidak hanya mudah digunakan, tetapi juga efisien dan hemat energi,” kata Riski Ahmad, salah satu anggota mahasiswa.
Dengan adanya mesin nganjang, petani di Desa Jatiguwi dapat mengolah hasil panen mereka lebih cepat, sehingga dapat meningkatkan volume produksi.
“Kami sangat bersyukur dengan adanya mesin ini. Selama ini kami memang kekurangan pekerja dalam proses perataan daun tembakau yang telah dirajang.”
“Mesin nganjang ini tentu akan sangat membantu kami. Khususnya dalam menghemat waktu dan tenaga. Harapan kami, teknologi ini bisa terus dikembangkan dan diperluas ke desa-desa lain yang membutuhkan,” ujar Edi, salah satu anggota Kelompok Tani Jatiguwi.
Selain itu, tambah Edi, mesin nganjang ini juga berpotensi mendatangkan manfaat sosial bagi masyarakat. Dengan meningkatnya produktivitas pertanian, pendapatan warga desa pun diharapkan akan bertambah.
Dalam kesempatan yang sama, mahasiswa juga mengadakan pelatihan singkat mengenai cara penggunaan dan perawatan mesin nganjang. Kepada beberapa warga, yang ditunjuk oleh kelompok tani setempat. Agar nantinya mereka bisa mengoperasikan dan merawat mesin dengan baik.
Proses pembuatan mesin nganjang, yang dilakukan di laboratorium Mekatronika Polinema. (Foto: Istimewa)
Mahasiswa juga memberikan panduan manual yang berisi petunjuk lengkap penggunaan dan langkah-langkah perawatan mesin, agar umur pakainya lebih panjang.
“Mesin ini memang dirancang agar mudah digunakan. Namun kami tetap merasa penting untuk memberikan pelatihan dasar kepada warga. Kami ingin memastikan, mesin ini dapat digunakan dengan maksimal dan bertahan lama. Sehingga manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang,” ujar dosen pembimbing, Prof. Dr. Budhy Setiawan, B.SEET., MT., yang juga hadir dalam acara tersebut.
Salah seorang petani setempat, Andri, mengungkapkan kegembiraannya setelah menjalankan mesin nganjang. Karena sebelumnya, mereka harus menggunakan cara tradisional. Dengan mesin ini, pekerjaan jadi jauh lebih cepat dan ringan.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat tersebut, juga menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat, dapat menghasilkan dampak yang positif. Sekaligus mendorong mahasiswa untuk tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga berkontribusi langsung kepada masyarakat.
“Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi kami sebagai mahasiswa. Selain bisa mengaplikasikan ilmu yang kami pelajari, kami juga belajar bagaimana berinteraksi dengan masyarakat dan memahami permasalahan yang mereka hadapi. Semoga apa yang kami lakukan ini bisa bermanfaat bagi Desa Jatiguwi dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain,” tutur Wildan, mahasiswa anggota tim lainnya.
Dengan proyek pengabdian masyarakat ini, tidak hanya menerapkan pengetahuan teknis yang mereka peroleh di bangku perkuliahan. Tetapi juga belajar tentang bagaimana bekerja sama dengan masyarakat dan memahami kebutuhan mereka.
Diharapkan, agar kolaborasi antara Polinema dan Desa Jatiguwi ini, bisa terus berlanjut. Desa Jatiguwi memiliki potensi besar dalam bidang pertanian dan inovasi seperti mesin nganjang ini diharapkan dapat menjadi awal dari pengembangan teknologi lainnya yang mendukung kemajuan desa.
“Inovasi seperti ini sangat kami harapkan. Karena bisa meringankan beban petani dan memberikan manfaat ekonomi yang nyata.”
“Kami juga berharap kerja sama dengan Polinema bisa terus terjalin, tidak hanya dalam hal teknologi, tetapi juga pelatihan dan pendidikan bagi warga desa,” ujar Mariyono, salah satu warga Jatiguwi lainnya, saat penyerahan alat oleh Polinema. (*/Ra Indrata)