MALANG POST – Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, sampai saat ini masih kecewa. Mereka juga tetap menyuarakan meminta keadilan atas tragedi yang menewaskan 135 Aremania tersebut.
Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Ismi, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, mengakui dirinya masih merasa bingung. Sampai di tahun kedua pascatragedi Kanjuruhan, rasa keadilan itu masih belum kunjung terlihat.
“Rasa kecewa itu sampai sekarang masih ada. Bahkan sekarang ini, kami
sedang mengupayakan tidak banyak bicara soal ini. Karena akan menjadi duka mendalam,” katanya Ismi, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (1/10/2024).
Ismi menambahkan, sejauh ini dari pihak manajemen, juga memberikan sebagian hasil kemenangan (hadiah Piala Presiden, Red.) ke keluarga korban. Tapi sebenarnya yang lebih diinginkan soal keadilan.
Sedangkan dalam kacamata pengamat sepak bola, Faizal Kurniawan, berbicara keadilan pascatragedi Kanjuruhan, masyarakat saat ini hanya bisa berserah.
“Mendengarkan masih adanya kekecewaan yang disampaikan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, atas hasil keputusan Pengadilan Surabaya, banyak yang kecewa. Sehingga satu-satunya cara yang bisa dilakukan, hanya berserah kepada Tuhan,” kata Faisal.
Saat ini, tambahnya, euforia soal sepak bola tidak seperti dulu. Tapi tentunya masih ada masyarakat yang support rekan-rekan yang masih berjuang merawat ingatan ini.
“Minat cinta sepak bola yang turun, juga membekas pada ingatan ibu-ibu dan anak-anak, yang kaitannya dengan Tragedi Kanjuruhan,” tandasnya.
Sementara itu, Manajer Operasional Arema FC, Sudarmaji menjelaskan, bertepatan peringatan dua tahun Tragedi Kanjuruhan, sebagai pengingat bersama, bisa digunakan sebagai momentum untuk seluruh komponen, termasuk manajemen sampai pemerintah Indonesia.
“Sampai di tahun kedua ini, trauma healing terus dilakukan dan sama-sama menolak lupa, atas Tragedi Kanjuruhan itu,” katanya.
Bahkan kalau, perlu pihaknya bersurat ke Pemerintah, untuk menetapkan 1 Oktober bukan hanya sebagai Kesaktian Pancasila, tapi juga Kesaktian Sepak Bola Indonesia.
Karena itulah, lanjut Darmaji, tidak hanya ketika peringatan Tragedi Kanjuruhan, tapi setiap aktivitas Arema FC, selalu diselipkan doa dan penghormatan untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.
“Mengingat saat ini juga Stadion Kanjuruhan sedang berbenah infrastrukturnya, kami berharap infrastruktur mengaktualisasikan keselamatan.”
“Meski perilaku suporter saat ini sudah mulai berubah. Bahkan ada wadah organisasinya, jadi diharapkan pembenahan infrastruktur yang dilakukan, juga bisa lebih mengutamakan keamanan. (Wulan Indriyani-Ra Indrata)