MALANG POST – Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M, bersama tim pengendalian inflasi daerah (TPID) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan), menanam 10 ribu bibit cabai besar atau cabai merah.
Penanaman dilakukan di lahan khusus tanaman cabai milik Pemkot
Malang, seluas 3.500 meter persegi, di kawasan Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang, Sabtu (15/06/2024).
Usai penanaman, Wahyu Hidayat menjelaskan, Pemkot Malang bertekad kuat menggalakkan penanaman cabai. Sebagai upaya penekanan angka inflasi di Kota Malang. Sebab, komoditi cabai turut berkontribusi pada angka inflasi.
“Panen cabai bisa dilakukan setelah tiga bulan setengah. Panen berikutnya bisa sampai kesebelas kali. Pasti akan menguatkan stok cabai di Kota Malang.”
“Ketersediaan pasokan cabai, selain menambahkan stok, juga bisa ikut membantu mengurangi Inflasi. Karena jenis komoditi ini banyak diminati dan menjadi kebutuhan pokok masyarakat,” jelasnya lagi.
Panen cabai di Kota Malang, baik cabai besar maupun kecil (rawit), diakui belum bisa memenuhi kebutuhan yang mencapai lebih dari 1,5 ton. Sementara kemampuan panen hanya sekitar 1,5 ton pertahun.
“Untuk itu, kami mengajak petani cabai yang tergabung di Gapoktan, mari Kita galakkan penanaman cabai lebih masif. Agar hasil panen cabai lebih signifikan jumlahnya. Sambil kita dorong kerjasama antar daerah. Contohnya dengan Kabupaten Malang atau Probolinggo,” ungkap dia.
TANAM CABAI: Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat didampingi TPID dan Kepala Dispangtan, saat menginformasikan kebutuhan pasokan cabai di Kota Malang, Sabtu (15/06/2024). (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
Wahyu juga menyebut, selain cabai, komoditi bawang juga memiliki peranan penting pada inflasi. Di Kota Malang, pasokan bawang utamanya masih mengandalkan hasil kerjasama dari Probolinggo.
“Untuk penanaman bawang merah dan bawang putih, masih terkendala beberapa hal. Diantaranya ketersediaan lahan dan kondisi geografis kurang mendukung. Jadi bawang kita memasok dari Probolinggo,” imbuhnya.
Ditempat yang sama, Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan menambahkan, panen cabai beda dengan panen padi. Kalau cabai bisa sampai sebelas kali panennya.
Diakuinya, panen cabai yang dihasilkan dari lahan aset Pemkot Malang dan petani cabai, dengan luasan lahan sekitar 40 hektare, hanya mampu panen 1,5 ton. Akan tetapi, Kota Malang tidak sampai kekurangan ketersediaan cabai.
Slamet menuturkan, kawasan tadah hujan cenderung cocok untuk penanaman cabai kecil. Di Kota Malang ada di Kecamatan Kedungkandang dan Lowokwaru. Di Kedungkandang meliputi, Buring, Lesanpuro, Wonokoyo serta Arjowinangun.
“Untuk cabai merah, yang cocok di kawasan aliran irigasi seperti di Bumiayu ini. Jika di Kecamatan Lowokwaru, di seputaran Kelurahan Merjosari atau Tasikmadu.”
“Upaya penguatan penanaman cabai terus digalakkan secara masif. Agar capaian panen cabai lebih signifikan jumlahnya,” tutur Slamet.
Berdasarkan data yang dihimpun Dispangtan Kota Malang, per Juni 2024 di Minggu I, cabai besar ada 12,25 ton. Sementara kebutuhannya mencapai 9,103 ton.
Minggu II ketersediaannya 11,87 ton, kebutuhannya hanya 9,10 ton. Ketersediaan di Minggu III, hampir sama dengan sebelumnya. Sementara, ketersediaan cabai rawit Minggu I ada 15,21 ton dan kebutuhannya mencapai 12,752 ton.
“Minggu II ketersediaan cabai rawit menurun di angka 14,45 ton dan kebutuhannya 12,75 ton. Minggu III ketersediaannya hampir sama, hanya selisih sedikit. Jadi kendati hasil panennya kecil, tidak sampai mengalami kekurangan atau kekosongan pasokan,” pungkasnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)