
Dr. Ir. Aminatun, M.Si., Ketua Tim Penelitian. (Foto: Humas Unair Surabaya)
Surabaya – Kasus patah tulang pada umumnya dapat menyebabkan terjadinya defect tulang. Defect tulang bisa diisi dengan biomaterial yang kandungannya mirip kandungan tulang, bersifat biokompatibel, tidak korosif, memiliki sifat mekanik, dan fisik yang sesuai dengan fungsinya.
Tulang mengandung mineral hidroksiapatit (HA) sekitar 67-70 persen. Karena itu, HA dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 banyak digunakan sebagai bahan pengisi defect tulang karena sifatnya yang bioaktif dan osteokonduktif. Sehingga dapat mendukung proses remineralisasi tulang karena dapat merangsang tumbuhnya sel tulang.
Dr. Ir. Aminatun, M.Si., Dosen Universitas Airlangga (Unair), bersama tim memanfatkan tulang sotong sebagai bahan pengisi tulang. Tulang sotong diketahui mengandung 85 persen kalsium karbonat (CaCO3) yang merupakan komponen utama HA.
“Selama ini tulang sotong hanya dipakai sebagai pakan burung karena kandungan kalsiumnya. Mengingat kandungan kalsium pada tulang ikan sotong sangat besar, maka untuk meningkatkan kemanfaatan dari ikan sotong ini, tercetus ide untuk menggunakannya sebagai material pengisi defect tulang,” tutur dosen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Unair.
Penelitian yang telah berjalan selama delapan tahun tersebut melewati beberapa tahapan penelitian. Pertama mencari parameter proses optimum pembuatan HA melalui metode hidrotermal dengan mencampur kasium karbonat (CaCO3) tulang sotong dengan ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4). Dengan metode itu diperoleh parameter proses optimum yaitu pemanasan pada suhu 200 derajat Celsius selama 12 jam. Kemudian dilanjutkan proses sintering pada suhu 900 derajat Celsius selama 1 jam.
Tahapan berikutnya adalah membuat ukuran HA menjadi berukuran nano melalui metode high energy milling (HEM). Selain untuk memperkecil ukuran partikel, HEM juga membuat struktur permukaan HA menjadi lebih baik, sehingga dapat mempercepat proses osteokonduksi dan osteointegrasi serta menstimulasi aktivitas osteoblast untuk pembentukan sel-sel tulang yang baru.
Selanjutnya, untuk mengembangkan fungsi HA tulang sotong, riset dilanjutkan dengan membuat scaffold tulang yang berasal dari komposit bahan HA tulang sotong dengan berbagai jenis polimer. Scaffold merupakan komponen utama dalam rekayasa jaringan yang berfungsi sebagai template untuk interaksi sel dan pembentukan matriks ekstraseluler tulang yang memberikan dukungan struktural untuk pembentukan jaringan baru.
“Dapat disimpulkan bahwa scaffold dari kedua jenis komposit ini berpotensi untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya sel tulang dengan porositas dan compressive strength yang memadai serta tidak bersifat toksit,” pungkasnya. (azt/ekn)