Operasi Yustisi mulai digiatkan lagi di Kota Malang untuk meningkatkan kembali kesadaran masyarakat yang mulai lengah terhadap Covid-19 19 (radarmalang.jawapos.com, 14/12). Namun, di manapun lokasi giat operasi yang dilakukan, masih saja ditemukan beberapa orang yang melanggar karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam bermasker. Endiex Purwantoro, Kanit Sabhara Polsek Sukun mengatakan, tiap hari minimal ada tiga tempat yang dilakukan Operasi Yustisi, di mana tiap kecamatan akan mengatur sendiri wilayahnya masing-masing, dan lokasi dilakukannya operasi akan berubah-ubah tiap harinya.
Selain karena kesadaran bermasker yang rendah, sanksi yang diberikan untuk para pelanggar pun dinilai ringan karena hanya berupa sanksi sosial dengan menghafal Pancasila atau menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung, lalu kemudian akan diberikan masker. Hal inilah yang semakin membuat beberapa orang masih meremehkan kewajiban menggunakan masker. Selain Operasi Yustisi, Wali Kota Malang Sutiaji juga berencana untuk menggalakkan dan memperkuat Kampung Tangguh dengan mengadakan webinar dengan seluruh RW. 19 (radarmalang.jawapos.com, 14/12).
Upaya yang sedang dilakukan saat ini terbukti tidak mampu mencegah penyebaran COVID-19 di tengah-tengah masyarakat, padahal penggunaan masker adalah garda terdepan dalam melawan munculnya penyebaran atau klaster baru. Selain itu, sanksi yang diberikan tidak mampu memberikan efek jera bagi masyarakat yang melanggar, menyebabkan semakin banyak yang meremehkan penggunaan masker dan ujungnya rata-rata penambahan kasus baru di Kota Malang kian meningkat setiap harinya.
Sebagai contoh, tercatat pada 11 Desember kasus bertambah 40 kasus dengan yang sembuh hanya 9 orang, selanjutnya 12 Desember ada tambahan 67 kasus yang sembuh 20 orang, disusul 124 kasus pada 13 Desember yang sembuh 57 orang, pada 14 Desember ada 97 kasus yang sembuh 73 orang, 15 Desember ada 89 kasus, yang sembuh 78 orang dan 16 Desember ada 91 kasus baru yang sembuh 46 orang. (surabaya.bisnis.com, 17/12).
Sulitnya koordinasi dalam pencegahan dan penanganan wabah COVID-19 menyebabkan semakin banyak kasus baru bermunculan. British Medical Journal mengatakan pembasmian Covid-19 secara global dibutuhkan melalui kepemimpinan dan koordinasi yang mendunia. (BMJ.com). Hal ini tidak mungkin terwujud dalam sistem diluar Islam, sistem yang berfokus pada akumulasi modal, yang satu sama lain memiliki kepentingan masing-masing dan bersaing dalam meraih tujuan nasionalnya.
Berbeda halnya dengan sistem Islam, di mana kepemimpinan di dalamnya menjadi sentral penyelesaian problem masyarakat dan penguasanya berfungsi sebagai pengurus dan penjaga umat, yang pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia saja, melainkan di akhirat. Sehingga penguasa tidak akan abai dalam persoalan yang menyangkut nyawa manusia. Termasuk salah satunya adalah edukasi yang akan di-support penuh oleh negara sebagai bukti tanggung jawab kepemimpinan mengurus dan menjaga umat. Misalnya, negara wajib memastikan tak boleh ada satu pun masyarakat yang tak paham apa yang sedang terjadi, sehingga mereka akan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.
Maka, seluruh kanal media akan dimaksimalkan untuk membangun kesadaran masyarakat yang berbasis akidah. Masyarakat akan terus-menerus diajak berpartisipasi melakukan apa pun yang bisa membantu wabah segera teratasi. Salah satunya adalah taat menjalankan protokol kesehatan, yang dalam Islam dinilai sebagai bentuk ketaatan pada kepemimpinan.
Penulis : Adelia Firandi (Mahasiswi )